Sampai bulan Oktober 2012
lalu sudah ada 8 dari 10 Pasar Percontohan Nasional 2011 yang telah
selesai direvitalisasi fisiknya dan diresmikan penggunaannya. Kemendag
RI akan terus mengawasi dan memantau perkembangannya agar pasar-pasar
tersebut berfungsi optimal dan membawa kemajuan ekonomi bagi seluruh
pedagang di dalamnya.
Sekitar 700 pedagang Pasar Lambocca,
Bantaeng, Sulawesi Selatan tersenyum ceria melihat pasar mereka telah
selesai direvitalisasi. Kebahagian itu pun bertambah setelah Mendag RI
secara langsung meresmikannya pada 22 Oktober 2012 dengan didampingi
sekitar 30 orang pejabat dari kementerian Perdagangan RI, termasuk di
dalamnya h Dirjen Perdagangan Dalam Negeri, Gunaryo.
Dengan gelar Pasar Percontohan Nasional,
para pedagang Pasar Lambocca berharap program tersebut benar-benar
membawa kemajuan bagi pasar seluas 1,5 Ha yang selama ini menjadi
tumpuan ekonomi mereka dan juga menjadi pasar favorit masyarakat
setempat.
Karena itu, Mendag pun berpesan kepada
para pedagang setempat agar pasar yang telah diperbaiki untuk dijaga dan
dipelihara dengan baik. “Jika dirawat dengan baik, kami yakin pasar
akan memberikan manfaat yang besar bagi kesejahteraan masyarakat
sekitar,” kata Mendag RI Gita Wirjawan dalam sambutannya.
Pada kesempatan tersebut, Mendag juga
menegaskan kembali komitmennya untuk menjalankan program Pasar
Percontohan ini, sehingga pasar dapat menjadi kebanggaan bagi rakyat
sekitarnya. “Kami akan terus memantau perkembangannya. Namun tentu saja
keberhasilan konsep dan pelaksanaan program Pasar Percontohan ini
tergantung dari kerja sama yang sinergis dari seluruh pemangku
kepentingan, baik Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, maupun para
pengelola pasar, pedagang dan konsumen,” imbuhnya.
Pasar Lambocca yang terletak di Jalan
Poros Bantaeng-Bulukumba yang merupakan bagian dari jalur utama
lintasan Janeponto, Bantaeng dan Bulukumba, hingga Toraja ini merupakan
Pasar Percontohan Nasional 2011 kedelapan yang telah diresmikan oleh
Kemendag RI pada tahun 2012 ini. Total anggaran yang dialokasikan oleh
Kemendag dari APBN untuk revitalisasi Pasar Lambocca adalah sebesar Rp.
15 miliar.
Dana yang diambilkan dari dana Tugas
Pembantuan dari Kementerian Perdagangan RI tersebut digunakan untuk
pembangunan kios dengan jumlah 112 unit, los 388 unit, kuliner 20 unit,
lapak 192 unit serta prasarana lainnya yaitu Musholla 1 unit, klinik
kesehatan 1 unit, pos jaga 2 unit, kantor pengelola 1 unit dan area
parkir di depan pasar 20 x 50 meter.
Setelah revitalisasi ini, Pasar Lambocca
yang buka dan beraktifitas setiap Senin dan Kamis ini dapat menampung
sekitar 2.000 pedagang lebih. Komoditas yang dijual di pasar ini juga
cukup lengkap. Yakni, meliputi komoditas basah (ikan), sayur-mayur,
buah-buahan, hasil bumi, kebutuhan pokok, kelontong, peralatan rumah
tangga, serta kebutuhan sandang.
Dalam sambutannya di Pasar Lambocca,
Mendag mengharapkan pasar percontohan bisa menjadi penggerak ekonomi.
Karena itu, pasar-pasar percontohan yang direvitalisasi Kemendag RI
tidak hanya diperbaiki sebatas fisik, namun juga diperbaiki pengelolaan
manajemen dan pemberdayaan pedagangnya. Dalam program binaan ini,
Kementerian Perdagangan juga memfasilitasi pelaksanaan pos ukur ulang
dalam rangka meningkatkan tertib ukur guna melindungi konsumen.
Mendag menjelaskan, dalam program Pasar
Percontohan, para pengelola dan pedagang pasar diberi pelatihan untuk
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan mereka dalam mengelola pasar.
Kemendag dalam hal ini juga telah membentuk tim khusus yang memberi
masukan, rekomendasi dan pendampingan, misalnya dalam hal mendesain
pasar yang cocok dengan lokasi, adat, budaya, penghasilan dan kekhasan
daerah tersebut.
Adapun Pasar Percontohan 2011 lain yang
telah diresmikan oleh Kemendag RI pada tahun 2012 ini adalah Pasar Cokro
Kembang di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah; Pasar Skouw di Kota Jayapura,
Papua; Pasar Pattalasang di Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan; Pasar
Agung di Kota Denpasar, Bali; Pasar Minulyo di Kabupaten Pacitan, Jawa
Timur; Pasar Pangururan di Kabupaten Samosir, Sumatera Utara dan Pasar
Grabag di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah.
Pasar Percontohan 2012
Untuk tahun 2011 sampai 2014 Kementerian
Perdagangan menargetkan pembangunan 79 pasar percontohan. Tahap
pertama, yaitu tahun 2011 telah dialokasikan dana sebesar Rp 88 miliar
untuk 10 pasar percontohan. Adapun untuk tahap kedua, yaitu tahun 2012
ini Kemendag RI mengalokasikan dana APBN sebesar Rp 180,5 miliar untuk
merevitalisasi 20 Pasar Percontohan baru di 20 kabupaten/kota.
Sementara itu, sisanya 23 pasar akan dianggarkan untuk 2013 dan 26 pasar
untuk tahun 2014.
"Selama 2011-2014 diharapkan dapat
dikembangkan 79 pasar percontohan supaya dapat jadi referensi
pengembangan pasar di Indonesia," kata Dirjen Perdagangan Dalam Negeri
Kementerian Perdagangan Gunaryo dalam diskusi Revitalisasi Pasar
Tradisional Percontohan di Kemendag Jakarta, Selasa (22/5).
Menurut Dirjen Direktorat Jenderal
Perdagangan Dalam Negeri, Gunaryo, kedua 20 pasar percontohan tersebut
terbagi atas 10 pasar untuk pemerataan, wisata dan jaringan distribusi
dan 10 pasar lain berdasarkan proposal terbaik yang diajukan daerah.
Selain akan mengembangkan pasar percontohan, Gunaryo juga telah
menyampaikan bahwa Kemendag Ri juga akan melakukan revitalisasi untuk
pasar-pasar non percontohan. “Tahun 2012 ini pemerintah menganggarkan
dana sekitar Rp600 miliar untuk revitalisasi pasar-pasar tradisional di
Indonesia," paparnya.
Kandidat Pasar Percontohan Tahun 2012
yang telah ditentukan pemerintah pusat diantaranya Kulonprogo
(DIYogyakata), Sabu Raijua (NTT), Cirebon (Jawa Barat), Purbalingga
(Jawa Tengah), Kota Mataram (NTB), Belu (NTT), Belitung Timur (Babel),
Kota Singkawang (Kalbar) dan Kediri (Jawa Timur).
Di antara pasar-pasar percontohan yang
rencananya dibangun pada 2012 adalah pasar Mandalika dan Sabu Raijua di
Nusa Tenggara Barat, pasar Pasalaran Plered dan Karangampel di Jawa
Barat, pasar Laskar Pelangi di Bangka Belitung, pasar Sentolo di
Yogyakarta, pasar Mempawah di Kalimantan Barat, pasar Baru Marabahan dan
Takkalasi di Kalimantan Selatan, pasar Mamasa dan Sentral di Sualwesi
Barat, pasar Petir di Banten, pasar Selat Panjang di Riau, pasar
Prembun, Turisari, Cepogo, Bekonang dan Boja di Jawa Tengah, pasar
Panorama tahap II di Bengkulu dan pasar Pon di Jawa Timur.
Gunaryo mengakui bahwa pelaksanaan
program revitalisasi pasar dan pengembangan pasar percontohan masih
dirasakan kurang jika dibandingkan dengan jumlah pasar yang ada. Saat
ini tercatat jumlah seluruh pasar di Indonesia mencapai 12 ribu sampai
13 ribu unit pasar. Sementara pasar yang sudah ditangani sejak
digulirkannya program revitalisasi tahun 2005 baru mencapai 700 unit
pasar.
Sebagai informasi, Kemendag RI juga
telah mengadakan survei keadaan dan kondisi pasar tradisional di seluruh
Indonesia. Dilaporkan, yang sudah disurvei ada 9.559 pasar. Dari jumlah
tersebut, hanya 10 persen yang melakukan pembukuan keuangan dan
sebagian besar dari segi fisiknya tidak memadai lagi. Hasil survey juga
menunjukkan bahwa 95% pasar sudah berumur lebih dari 25 tahun, 1 persen
berumur 10-20 tahun dan hanya 3 persen di bawah 10 tahun.
Soal model bangunan fisik pasar
percontohan, Gunaryo juga menekankan bahwa pembangunan pasar percontohan
di daerah-daerah tidak harus meniru pasar lain di kota besar.
"Masing-masing daerah punya karakter sendiri. Tidak harus sama pasarnya,
harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kearifan lokal masing-masing
daerah," paparnya.
Imbangi Pasar Modern
Upaya revitalisasi pasar tradisional ini
merupakan bukti keberpihakan Kementerian Perdagangan RI pada
pengembangan pasar tradisional sebagaimana telah diatur dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 111 tahun 2007. Hal ini berkali-kali ditegaskan oleh
Direktur Jendral Dalam Negeri Gunaryo dalam berbagai kesempatan.
Menurut Gunaryo, terkait pengaturan
pasar, tugas pemerintah ada dua. Pertama, adalah nenetapkan kebijakan.
Dalam hal dalam Perpres Nomor 111 sudah jelas posisi pemerintah.
Misalnya, bahwa sebuah mini market harus dimiliki pengusaha setempat,
bukan dari luar daerahnya. Begitu juga, hal itu diamanatkan diatur dalam
peraturan daerah sesuai dengan kondisi setempat. "Soal jarak mini
market dengan pasar tradisional, tiap daerah akan berbeda. Itu akan
dilihat kondisi sosial ekonomi setempat," kata Gunaryo pada bulan Mei
2012 lalu.
Kedua, pemerintah juga akan
memfasilitasi pembangunan pasar percontohan. Dalam hal ini, pemerintah
hanya membuat pasar percontohan untuk beberapa daerah yang dirasa kurang
memiliki kemampuan finansial. Sementara, bagi daerah yang mampu, akan
diberikan pendampingan tentang cara mengelola pasar tradisional modern.
“Kita akan fasilitasi pasar yang daerahnya kurang mampu," kata Gunaryo.
Menurut Gunaryo, pembangunan pasar
percontohan itu dimaksudkan agar masyarakat tidak bergantung dengan
ritel modern. Semangatnya adalah mendorong menggunakan produk dalam
negeri. "Dalam hal ini keberpihakan sudah dilakukan pemerintah," kata
Gunaryo.
Pemerintah melalui Kementerian
Perdagangan (Kemendag) selama ini telah melakukan pembangunan Pasar
Percontohan sebagai bagian dari pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah (UMKM). Dengan mengembangkan pasar percontohan, kata Gunaryo,
diharapkan terjadi peningkatan penyerapan tenaga kerja, peningkatan
potensi ekonomi, peningkatan kesejahteraan masyarakat, peningkatan
pendapatan asli daerah dan menjaga tingkat kestabilan harga bahan.
berbagai sumber
Post a Comment
Terimakasih bila Anda menuliskan komentar disini