SPC, Jakarta – Meningkatnya sejumlah harga kebutuhan
pokok seperti daging sapi yang harganya sempat melonjak hingga Rp
100.000 per kilogram, diduga terjadinya karena adanya praktik kartel
yang dilakukan oleh sejumlah pedagang besar.
Dalam kaitan itu, Komite Ekonomi Nasional (KEN) dalam pemaparan soal
Prospek Ekonomi Indonesia 2013 di Jakarta, Senin (10/12/2012), meminta
pemerintah untuk berperan dalam mengendalikan harga melalui perbaikan
distribusi, logistik, modernisasi pasar tradisional, dan mengefektifkan
peran Bulog.
Ketua KEN, Chairul Tanjung, meminta pemerintah untuk mencegah
terjadinya kartel atau persekongkolan dalam penentuan harga barang
kebutuhan pokok.
Di tempat terpisah, Ismed Hasan Putro, Direktur Utama PT Rajawali
Nusantara Indonesia (RNI), salah satu BUMN yang ditunjuk untuk
membudidayakan sapi impor untuk kepentingan swasembada daging nasional,
mengatakan sulit untuk membuktikan adanya kartel harga daging sapi saat
ini.
“Tapi faktualnya fluktuasi harga daging sapi saat ini sangat di luar
akal sehat. Oleh karena itu sudah saatnya harus ada evaluasi
komprehensif terhadap tata kelola dalam perdagangan daging sapi ,”
ungkap Ismed.
Koordinasi yang lebih baik antar instansi, lanjut Ismed, mutlak harus
dilakukan. Sinergi antara Kementerian Pertanian dan Kementerian
Perdagangan, harus lebih ditingkatkan dan diperbaiki agar ke depan tidak
terjadi lagi kekisruhan dan saling menyalahkan antar instansi.
“Sejatinya sekarang momentum bagi bangsa ini untuk membangun dan
mendorong kemandirian pasok daging sapi secara nasional. Peran pemda dan
masyarakat peternak sapi saatnya difungsionalkan secara maksimal,”
ungkap Ismed Hasan Putro.
Importir dan pedagang sapi saatnya juga untuk lebih peduli pada
kepentingan bangsa dalam rangka terwujudnya kemandirian pasok daging
sapi dalam jangka panjang.
Sementara itu anggota KEN, Didik J Rachbini, juga mengatakan praktik
kartel juga diduga terjadi dalam penentuan suku bunga perbankan dengan
cara bisik-bisik di antara sejumlah bank-bank besar.
Walaupun suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) berada di kisaran 6%
namun rata-rata suku bunga kredit perbankan untuk usaha keceil dan
menengah masih di atas 10% per tahun. (SPC-15/Kompas)
Post a Comment
Terimakasih bila Anda menuliskan komentar disini