Oleh Rhenald Kasali Ketua Program MM UI
Hampir semua media minggu ini menurunkan berita tentang rapat yang
dipimpin Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dengan
Dinas Pekerjaan Umum (PU).
Berita ini ramai beredar di hampir semua media jejaring sosial dan
dikomentari begitu luas.Akan berhasilkah Jokowi- Ahok memperbarui cara
kerja unit pemerintahan yang ditanganinya? Setiap orang yang memimpin
perubahan selalu punya cara. Ada cara “geram” bak membelah batu untuk
mendapatkan pecahan-pecahan yang diinginkan, tetapi ada juga yang
memilih cara memanaskan minyak yang membeku. Anda tinggal memilih, cara
apa yang Anda lakukan.
Semua ada konsekuensinya dan ada masalahnya masingmasing. Namun satu
hal yang jelas,Anda tak bisa mengontrol apa yang telah terjadi, tetapi
Anda bisa menentukan bagaimana Anda bereaksi terhadap hal-hal yang telah
terjadi. Reaksi Anda itulah pada akhirnya akan menentukan hasil apa
yang bisa didapatkan dari perubahan yang Anda gulirkan. Mari kita lihat
bagaimana Ahok membelah batu.
Membangunkan yang Tertidur
Seperti Anda, saya melihat Ahok melakukan rapat dengan Dinas PU di
situs web video berbagi YouTube (diunggah 8 November 2012).Tanpa
basabasi, mantan Bupati Belitung Timur itu langsung mengarahkan anggaran
Dinas PU untuk 2013 dipotong 25%.“Sebelum dimulai apakah pagu anggaran
sudah dipotong 25% untuk biaya-biaya pembangunan ini, dan diduga
dipotong 40% pun bisa. Kita potong 25% saja.
Saya kira fair, kami Gubernur dan Wakil Gubernur meminta 25% untuk
kami dikembalikan dalam bentuk APBD, dipotong,“ kata Ahok. “Ini kita
siarkan langsung di Youtube.Saya tidak ingin pembicaraan saya tidak
diketahui semua orang.Semua jelas.Jadi, mulai hari ini pembahasan
anggaran di DKI semua transparan, terbuka,”tegasnya dalam video itu.
Kalau pengurangan tersebut tidak dilakukan, dia berjanji akan membawa
masalah ini ke KPK.“Kalau bapakbapak ngotot tidak mau, saya akan taruh
anggaran ini di website.Semua orang akan tahu. Akan saya minta KPK untuk
periksa ini semua,”ujarnya. “Tidak usah berdebat. Kedua, saya hapus
proyek itu. Kasih saya speknya.Saya akan bangun dengan uang operasional
saya. Saya akan periksa kerjaan tahun-tahun lalu, saya akan buka koreng
lama, saya akan proses ke KPK dan ke kejaksaan.
“ Ahok juga mengatakan pihaknya akan mencopot seluruh pejabat Dinas
PU hingga eselon III jika anggaran pembangunan tidak bisa disesuaikan.“
Bukan mengancam.Atau yang kedua, pembangunan kita tunda,tapi kita copot
sampai eselon III.Kita akan perang terbuka. PU tidak punya pilihan, yang
jelas PU harus potong harganya,”tutur dia.
Sepintas tak ada yang salah. Sama seperti Anda,kita semua geram
melihat cara kerja birokrasi yang dipercaya publik boros, tidak
kritis,dan konon “mudah dibeli” oleh kelompokkelompok tertentu. Politisi
bermain,pengusahapreman ikut memeras, dan mereka membiarkannya.
Begitulah jalan pikiran publik.
Memang selain melayani publik dengan servant leadership, “memecahkan
batu” adalah cara yang lazim ditempuh orangorang yang geram ketika
mendapatkan kursi di pemerintahan untuk melakukan change! Batu yang
dipecahkan adalah bagian dari manajemen mafia, yang berarti upaya
memotong “tangan-tangan liar” yang membelenggu organisasi pemerintahan.
Di luar sana,seperti layaknya sebuah kekuatan mafia-like,para peserta
tender sudah siap meraih kemenangan dengan badan-badan yang kuat. Ada
ahli gebrak meja, ada yang bertugas melobi pejabat di kamar-kamar
karaoke di sekitar area Mangga Besar dan daerah Kota,ada ahli hukum yang
tak kalah gertak, dan ada “good guy”yang cukup senyum sana-sini di
lapangan golf, atau jago-jago lain di gedung parlemen.
Semua saling terkait dan saling berbagi, melibatkan uang yang tidak
sedikit. Bahkan sampai ke operator- operator di lapangan yang mengatur
pembebasan lahan atau melibatkan ormas bayaran. Tak masalah “memecahkan
batu” karena kita butuh pemimpin yang berani, yang heroik. Tapi benarkah
ini efektif dalam melakukan perubahan?
Strategic Management
Dari CV-nya saya membaca Ahok pernah bersekolah di institut sekolah
bisnis yang cukup terpandang.Jadi ia pasti tahu bagaimana mengambil
langkah-langkah strategis. Semua itu harus dimulai dari selembar kertas,
bukan dari omongan yang ditayangkan di YouTube. Omongan bisa berubah,
tetapi strategi harus dibuat dengan argumentasi yang mendalam dan dibuat
tertulis untuk dimengerti semua orang dalam lingkaran kerjanya.
Perubahan menuntut adanya birokrasi. Ibarat tidur beramai-ramai,
mimpi kita harus sama sehingga jalannya juga sama. Iramanya beriringan.
Tentu saja ini sulit.Menulisnya butuh waktu dan sakit kepala.Orangorang
Jepang yang sukses membangun berupaya memilih capek di depan dan bekerja
dengan konsensus.Kalau di dalam sudah matang, baru digerakkan
beramai-ramai. Lain strategic management, lain lagi change management.
Di situlah “kegeraman” bermain. Letih,marah,gemas,dan ingin cepat
melihat hasil.
Kata Jhon Kotter, upayakanlah “kemenangan- kemenangan jangka pendek”.
Ahok pun membelah batu supaya segera ada hasil.Namun di layar video di
YouTube saya melihat banyak birokratnya yang pura-pura tak menaruh
perhatian. Asyik melihat-lihat kertas, bingung, tak berani berdebat,
melihat BB,pasif,siap menerima nasib, atau ada kepura-puraan?
Saya tidak tahu persis.Tapi bukan birokrat namanya kalau orientasinya
bukan komando. Tapi change management bukan war management yang asal
gempur. Ahok harus berpikir lebih strategis, bukan sekadar memenangi
pertempuran. Jenderal yang hebat bisa kehilangan satu dua battle field,
tetapi akhirnya ia harus bisa memenangi perang. Nah apa jadinya bila
cara membelah batu kita pakai?
Memanaskan Minyak
Di Samarinda bulan lalu, Elprisdat M Zein,Ketua Dewan Pengawas
TVRI,memaparkan rencana-rencananya untuk meremajakan organisasi “tua”
yang tengah ngos-ngosan itu.Di depannya duduk jajaran direksi, anggota
Dewan Pengawas, dan para kepala stasiun yang dulu Anda sering lihat di
layar kaca. Bedanya mereka kini sudah sangat berumur dan wajahnya tak
seterkenal di masa lalu. Tapi dari pertanyaan- pertanyaan yang mereka
ajukan saat saya memaparkan cara menghadapi perubahan, suara mereka yang
berwibawa masih saya kenali.
Hanya saja, mohon maaf, di mata anak-anak muda TVRI yang saya temui,
sebagian besar orang-orang tua dianggap feodal, tak mau mendengarkan,
sudah ketinggalan zaman, tidak terbuka terhadap diskusi, dan tentu saja
iklim ini sangat bertentangan dengan industri yang mereka geluti:
industri kreatif. Elprisdat yang mantan penyiar, produser, dan eksekutif
di ANTV bukan tidak tahu itu.
Bedanya, ia menuangkan semua masalah itu di atas kertas dan membangun
koalisi dengan orang-orang yang berada di dalamnya. Berbeda dengan cara
Ahok membelah batu, Elprisdat menyatakan kepada saya bahwa ia tengah
“memanaskan minyak yang membeku”. “Kalau membelah batu, maka residunya
akan terasa di pojok dan residu-residu itu merasa terancam karena akan
dibuang. Saya memilih memanaskan minyak agar semua bisa ikut berperan
menghadapi perubahan.
” Saya ingin mengajak Ahok berpikir lebih strategis karena saya yakin
Ahok mewakili kegemasan kita semua.Tapi kita perlu mengingatkan Ahok,
cara yang ditempuh bisa rawan bagi organisasi. Sudah sering kita
saksikan perubahan yang dilakukan dengan cara membelah batu berujung
pada kesulitan demi kesulitan,bahkan sangat dialektis.
Kasusnya cukup banyak. Alih-alih melakukan sintesis kreatif,perubahan
dengan cara ini justru menjadi sangat problematis karena kurang
inspiratif ke dalam dan tak menampung partisipasi internal. Ahok perlu
sedikit bersabar agar aparat-aparatnya berperang bersama dirinya melawan
para mafia. Cara membelah batu memang heroik, tetapi bisa berakibat
mereka akan bergabung bersamasama para mafia melawan kita. Musuh
perubahan itu bukanlah anak buah yang sangat bermain, melainkan yang di
luar sana.
Kalau tidak berhatihati perubahan akan berputar bak lingkaran setan
seperti yang dapat Anda lihat dalam buku Change yang saya tulis 2005
lalu. Cara itu antara lain pernah ditempuh para direksi TVRI beberapa
tahun lalu yang berakibat perubahan menjadi kandas dan perseteruan tak
pernah berhenti. Mereka hanya sibuk berkelahi, bukan memperbaiki. Kini
TVRI memang dalam fase baru perubahan.
Cara yang ditempuh bukan lagi membelah batu,melainkan memanaskan
minyak yang membeku. Memang, ia tak lari sebanding RCTI, SCTV, Metro
TV,atau TV One,tetapi ia pasti akan berubah.Tanpa perhatian, tetapi
semua kelak akan ikut. Ahok perlu berefleksi agar jangan hanya fokus
pada pemenangan pertempuran, melainkan memenangi peperangan.
(SPC-10/sindo)
Post a Comment
Terimakasih bila Anda menuliskan komentar disini