Impian
Amerika mengatakan bahwa siapa saja dapat membangun kehidupan dan
karier yang sukses melalui kerja keras dan hidup hemat. Tetapi
preskripsi sederhana ini tidak lagi berlaku dalam dunia yang kompleks
dan lingkungan bisnis yang sangat kejam dewasa ini.
Semakin banyak orang Barat berpaling kepada kebijakan Timur untuk mendapatkan petunjuk menghadapi tantangan dan ketegangan dari kehidupan modern. Sebagian telah mengambil inspirasi dari filsafat Zen Budhisme yang toleran dan nonmaterialistis. Yang lain mencoba mengantisipasi pasang surutnya kehidupan mereka di masa depan dengan tos sekeping uang logam dan mengkaji incerprerasi dari heksagram yang terdapat dalam karya klasik Cina, Kitab Perubahan (I Ching). Sebagian mencari kunci atas kejadian yang menjurus pada hubungan antara hukum alam dan hukum perilaku manusia yang dipaparkan oleh filsuf Cina Lao Zi dalam Kitab tentang Jakm (Dao De Jing), teks klasik Taoisme. Yang lain-lain lagi memilih untuk melancarkan perjuangan sesuai dengan nasihat Sun Zi, ahli strategi militer Cina Kuno, pengarang Seni Perang (Sun Zi Bingfa).
Buku ini memperkenalkan suatu ikhtisar kebijakan Cina Kuno yang tidak
banyak dikenal di Barat-tiga puluh enam siasat yang abadi. Berbeda
dengan Seni Perang dan Kitab tentang Jalan, siasat ini tidak dikarang
oleh seorang genius saja, melainkan oleh para pemimpin dan ahli siasat
militer, politikus, saudagar, filsuf, penulis, dan bahkan rakyat biasa
yang tidak terbilang banyaknya. Siasat ini tidak dituliskan sekaligus
pada satu ketika melainkan dielaborasi, diperkaya, dan disempurnakan
secara berangsur-angsur selama lima ribu tahun sejarah peperangan,
kudeta, intrik istana, inovasi ekonomi serta kompetisi, dan bahkan
perkembangan permainan Go (Weiqi)-yang, dengan kemungkinan konfigurasi
kekuasaan sebanyak 10 hingga 761, adalah jauh Iebih rumit ketimbang
catur Barat yang hanya memiliki kemungkinan konfigurasi kekuasaan
sebanyak 10 hingga 120.
Tiga puluh enam siasat ini mempunyai manfaat praktis bagi siapa saja
yang berminat memahami dinamika sejarah, politik, bisnis, dan hubungan
manusiawi, dan memperkuat kehidupan atau kariernya. Masing-masing
memberikan penjelasan atas fenomena yang beraneka ragam dari spionase
intemasional, pengambilalihan perusahaan, kecelakaan mobil, dan rengekan
anak-anak. Juga tersedia nasihat yang dapat diterapkan dalam segala hal
mulai dari berpacaran hingga teknik menjual, dari tenis hingga
teknologi, dan dari pengajaran hingga manufaktur. Apakah Anda sedang
memulai suaui usaha baru atau menyempurnakan yang ada, apakah Anda
berada di tempat yang sudah dikenal atau di wilayah yang belum dijajaki,
apakah Anda merupakan orang bawahan, sederajat dengan yang lain-lain,
atau berada di puncak tangga, tiga puluh enam siasat ini tentu akan
menghasilkan sesuatu yang bakal relevan dengan situasi Anda.
Secara keseluruhan, tiga puluh enam siasat ini mengajarkan suatu cara
berpikir, menyediakan suatu sarana untuk memahami perilaku orang lain,
termasuk tindakan yang disengaja maupun yang tidak, dan untuk
menganalisis segala macam situasi, yang muncul secara tidak disengaja
maupun yang dirancang. Individu yang menguasai tiga puluh enam siasat
ini akan mendapatkan alat untuk mengembangkan solusi terhadap segala
jenis masalah dan menyesuaikan diri dengan segala macam kemungkinan.
Kalaupun Anda merupakan salah seorang di antara mereka yang beruntung
dan puas atas nasib Anda, tiga puluh enam siasat ini akan menjadi
bacaan yang menyenangkan dan mencerdaskan. Buku ini akan membawa Anda ke
daerah terpencil dalam sejarah Cina yang berusia 5.000 tahun, dengan
kisah-kisah yang tidak terhitung jumlahnya, baik yang benar maupun yang
diragukan, mengenai kecerdikan dan kebodohan, ketekunan dan kecerobohan,
kesetiaan dan rasa tidak berterima kasih, kemenangan dan kekalahan.
Cerita-cerita ini diambil dari dua puluh empat jilid kronik sejarah,
karya sastra klasik seperti Roman Tiga Kerajaan (Sanguo Yanyi), dan
karya modern, termasuk tulisan Mao Zedong-yang dengan lihai menggunakan
tiga puluh emam siasat ini dalam melawan Chiang Kai-shek dan Jepang.
Para pembaca yang sudah mengenal karya klasik Cina lainnya akan
menemukan beberapa tema yang tidak asing lagi dalam tiga puluh enam
siasat ini. Misalnya, angka tiga puluh enam itu sendiri berasal dari
filsafat kesatuan hal-hal yang bertentangan, yang dipaparkan dalam Kitab
Perubahan sebagai konsep yin dan yang. Yin dan yang merupakan dua
kategori yang saling melengkapi dalam alam semesta; segala sesuatu dalam
dunia ini dianggap termasuk salah satu dari keduanya. Yin adalah unsur
perempuan, yang termanifestasikan dalam bumi, angin, air, dan rawa-rawa
serta dihubungkan dengan kegelapan dan ketertutupan, sedangkan yang,
unsur lelaki, termanifestasi dalam langit, guntur, api, dan gunung dan
diasosiasikan dengan terang dan keterbukaan. Orang Cina Kuno menganggap
rencana dan siasat, yang sering direncanakan dan diterapkankan secara
diam-diam, sebagai termasuk dalam yin. Konsep yin dalam Kitab Perubahan
diwakili oleh heksagram untuk “bumi”. Heksagram ini terdiri atas enam
garis, dengan masing-masing garis terputus menjadi dua segmen, sehingga
menghasilkan dua kolom yang terdiri atas enam garis pendek, yang hasil
kalinya adalah tiga puluh enam.
Filsafat kesatuan dari hal-hal yang berlawanan muncul di seluruh tiga
puluh enam siasat ini. Prinsip bahwa interaksi yin dan yang menentukan
perkembangan peristiwa terlihat pada banyak sekali hubungan yang
dijelajahi dalam siasat ini-antara sikap ofensif dan defensif, kekuatan
dan kelenturan, keteraturan dan kemendadakan, kosong dan isi, musuh dan
diri sendiri, tamu dan tuan rumah, kerja dan istirahat, dan banyak lagi.
Sebuah prinsip lain dari unit yang berlawanan adalah bahwa suatu
kualitas atau entitas dapat berubah menjadi lawannya. Dengan keadaan
yang tepat, yang lemah dapat mengalahkan yang kuat, yang kecil dapat
menaklukkan yang besar, dan musuh dapat berubah menjadi teman.
Transformasi itu boleh jadi tidak direncanakan atau tidak dapat
dihindari: hippies berubah menjadi Yuppies; revolusi seksual membuka
jalan bagi era AIDS; dan perlombaan senjata nuklir melahirkan negosiasi
yang bertujuan memusnahkan senjata tersebut. Juga ini bisa merupakan
hasil strategi dari satu atau lebih pihak.
Sejarah militer, percaturan politik, dan bisnis memberikan banyak sekali contoh mengenai transformasi yang direkayasa manusia:
• Saksikan bagaimana Mao Zedong mengalahkan secara total Chiang
Kai-shek segera sesudah Perang Dunia II. Ketika perang penentuan
dimulai, Chiang memiliki delapan juta pasukan dan perangkat keras
militer AS bernilai beberapa miliar dolar, sedangkan Mao hanya mempunyai
pasukan kurang dari satu juta orang yang dipersenjatai dengan
senapan-senapan tua Jepang. Dalam tiga tahun, Mao melancarkan tiga
perang besar melawan Chiang, yang terbesar memusnahkan lebih dari
setengah juta pasukan terbaik Chiang. Hasilnya sudah diketahui dengan
jelas: Mao mendirikan Republik Rakyat Cina pada tahun 1949, dan Chiang
lari ke Taiwan.
• Kepentingan bersama Mao dan Richard Nixon dalam mengembangkan suatu
kekuatan tandingan terhadap Uni Soviet telah mempersatukan musuh-musuh
lama ini. Mao, setelah mencerca “imperialisme AS” selama beberapa
dasawarsa, pada tahun 1972 mengundang Nixon, yang membangun karier
politik di atas dasar antiko-munisme, ke Cina. Demikianlah proses
normalisasi hubungan AS-Cina dimulai.
• Melalui kekuatan kenegarawan dan kepribadiannya, Mikhail Gorbachev
mengubah citra Amerika terhadap Uni Soviet. Ronald Reagan, yang mencap
Uni Soviet “kerajaan setan” pada awal jabatan kepresidenannya pada tahun
1981, dengan hangat menyambut Gorbachev di New York pada tahun 1988,
dan penduduk New York berkumpul sepanjang rute iring-iringan mobil
Gorbachev untuk mengelu-elunya. Pol pendapat umum memperlihatkan
kepopulerannya berada di atas kepopuleran George Bush, presiden terpilih
waktu itu.
• Charles Wang, kepala sebuah anak pemsahaan gurem dari perusahaan
elektronik Swiss, ditertawai ketika pada tahun 1983 ia berbicara tentang
kemungkinan menjadi produsen perangkat lunak independen terbesar di
dunia. Belakangan perusahaan ini menelan induknya serta sejumlah pesaing
dan akhirnya mencaplok lawan utamanya. Kini, Computer Associates
International bahkan mengecilkan raksasa perangkat lunak yang populer
seperti Microsoft Corporation dan Lotus Development Corporation.
• Menyadari bahwa dua pertiga minuman ringan yang dikonsumsi di
Amerika Serikat adalah kola, para pembuat Seven-Up menemu-kan sebuah
fonnula sukses pada posisi “bukan-kola”.
Strategi telah lama dikaitkan dengan medan perang, tetapi puncak
pencapaian strategi adalah menang tanpa menggunakan persenjataan.
Sebagaimana dikemukakan Sun Zi, “Menaklukkan musuh tanpa berperang merupakan puncak dari keahlian.”
Sebenarnya, dengan strategi saja, orang bisa berhasil padahal
sementara dengan peperangan bisa gagal. Seorang pembesar istana pada
zaman dulu yang bernama Yan Ying sangat menyadari hal ini. Yan Ying
bekerja untuk Negara Qi semasa periode musim semi dan gugur (722-481
SM). Ketika Cina terpecah menjadi beberapa kerajaan, masing-masing
kerajaan berusaha mencaplok kerajaan lain. Kisah berikut ini
memperlihatkan bagaimana Yan Ying menggunakan kehalusan diplomasi untuk
menghalangi Negara Jin yang lebih besar dan lebih kuat:
Raja Jin telah mengirimkan seorang duta bernama Fan Zhao ke Qi untuk
menyelidiki apakah Qi rentan terhadap serangan. Raja Qi, yang tidak
ingin menimbulkan kemarahan negara yang lebih kuat itu, mengadakan
perjamuan bagi Fan Zhao. Pada perjamuan ini Fan Zhao minta minum dari
cangkir arak sang raja, dan raja setuju. Tetapi, Yan Ying merebut
cangkir raja itu dari bibir Fan Zhao dan menggantikannya dengan yang
lain. Kemudian Fan Zhao berpura-pura mabuk dan meminta agar orkes istana
memainkan musik istana untuk mengiringinya menari. Yan Ying kembali
menghalangi. Fan Zhao dalam amarah meninggalkan perjamuan ini. Raja Qi
cemas dan memarahi Yan Ying karena memalukan duta tadi, sambil
mengantisipasi terjadinya suatu serangan sebagai akibatnya. Sementara
itu, Fan Zhao kembali ke Jin dan melaporkan bahwa scwaktu ia mencoba
melanggar etika istana, Yan Ying segera berhasil menerka maksudnya. Raja
Jin sependapat baliwa dengan Qi berada dalam keadaan tertib seperti
itu, invasi merupakan hal keliru.
Khong Hu Cu yang bijaksana, yang ketika insiden ini terjadi baru
berumur empat tahun, setelah dewasa memberikan komentar disertai
perasaan kagum bahwa Yan Ying berhasil menggagalkan sebuah rencana
invasi dari jarak beribu-ribu mil jauhnya “tanpa beranjak melebihi meja
perjamuan.”
Strategi dapat merupakan hal vital dalam situasi yang tidak
menguntungkan, seperti yang dihadapi Negara Qi itu, tetapi dapat juga
esensial ketika orang berada pada situasi yang menguntungkan. Tiga puluh
enam siasat ini dibagi dalam enam bagian, tiga yang pertama dimaksudkan
untuk digunakan bila berada pada kedudukan yang kuat, tiga yang kedua
bila berada pada posisi yang lemah. Secara spesifik, keenam kategori itu
adalah: (1) siasat ketika berposisi lebih unggul, (2) siasat
melancarkan konfrontasi, (3) siasat menyerang, (4) siasat untuk situasi
kacau, (5) siasat mendapatkan penerimaan lawan, dan (6) siasat untuk
situasi yang sangat sulit.
Akan tetapi, klasifikas ini memang tidak dibuat secara kaku;
sebaliknya, selama beberapa ribu tahun mempraktekkan dan menyempurnakan
teknik ini, para ahli strategi militer Cina menyadari bahwa prinsip yang tertinggi dari semuanya adalah keluwesan.
Sun Zi mengakui nilai keluwesan ketika ia menyamakan kemampuan
beradaptasi dalam peperangan dengan perilaku air, yang mengubah
alirannya mengikuti keadaan tanah. Lao Zi, filsuf Taois, menyadari
kekuatan keluwesan ketika ia mengamati bahwa air adalah unsur yang
paling lemah namun sekaligus kekuatan pengikis yang paling perkasa. Ahli
strategi yang baik, seperti air di atas batu, mengalah kepada
lapangannya demi mengikis rintangan yang paling keras. Mereka tidak
hanya membatasi diri mereka pada siasat yang seolah-olah cocok dengan
keadaan mereka, melainkan memadukan dan menyesuaikannya menurut kondisi
yang sebenarnya. Anda dapat mengkombinasikan beberapa siasat dari
kelompok yang sama atau menggunakan paduan kelompok lain. Singkatnya, kaidah terakhir untuk menerapkan siasat ini adalah tidak mengikuti kaidah apa pun.
Buku ini menyediakan satu bab untuk siasat dari seluruh tiga
puluh enam siasat ini. Dalam bahasa Cina, setiap siasat dapat dirangkum
dalam sebuah ungkapan yang ringkas dan tajam yang terdiri atas tiga atau
empat karakter. Untuk masing-masing siasat, diberikan juga translitasi
pinyin. Asal mula sejarah dan legenda siasat ini ditelusuri melalui
kisah dan anekdot yang menguraikan penggunaannya. Nilai kekalnya sebagai
perkakas analisis dan pedoman aksi diuraikan dengan contoh yang diambil
dari masa kini. Juga disertakan petunjuk pemakaiannya dalam menjalankan
karier, dalam hubungan pribadi, dan masalah kehidupan sehari-hari.
Sumber: Gao Yuan, “Lure the Tiger out of the Mountains: The 36 Strategems of Ancient China,” Simon & Schuster, New York, 1991.
Diterjemahkan oleh Setiawan Abadi dan diterbitkan oleh Pustaka Utama Grafiti (Jakarta) pada 1993 menjadi “Memancing Harimau Turun Gunung: 36 Strategi Perang Cina Kuno.”
Untuk putra keduaku, Gabriel Tianjiao Gao, dengan harapan agar
generasinya menggunakan pengetahuan militer kuno ini bukan untuk perang
melainkan untuk memperjuangkan perdamaian.
+ komentar + 1 komentar
saya pernah memiliki buku ini, sangat bagus untuk dibaca dan dipahami :)
Post a Comment
Terimakasih bila Anda menuliskan komentar disini