Home » » Bag 4 - Kisah Penuh Inspirasi Hj. Nurjannah Hulwani Menembus Gaza (4)

Bag 4 - Kisah Penuh Inspirasi Hj. Nurjannah Hulwani Menembus Gaza (4)

Written By Unknown on Sunday, September 23, 2012 | 9/23/2012

Yang banyak orang tahu, padang pasir sulit ditumbuhi tanaman, Tapi disini, saya melihat tanaman sayur dan buah tumbuh subur. Yang mereka tanam semuanya berkualitas. Kami mengunjungi Menteri Pertanian Palestina, dia bilang, "Kalian tahu kapan tumbuhan disini tumbuh subur di bumi yang gersang ? sejak di blokade 2006. Karena tanah-tanah kami disirami darah-darah syuhada". Lalu menteri pertanian itu juga mencanangkan bahwa produk nasional sudah menjadi keputusan yang tidak bisa ditawar lagi. Sebelumnya, mereka bergantung pada Israel. Saat ini, mereka mampu swadaya dan tidak membutuhkan pasokan dari Israel.

Bayangkan, 98 persen mereka tidak bergantung lagi pada Israel. Ayam, tanaman buah, sayur mayur, lauk pauk, semua mereka adakan sendiri. Kami diminta mencabut tanaman paprika dan anggur yang tumbuh sangat subur. Dengan buah yang dihasilkan sangat berkualitas. Para petani pemilik tanaman itu berkata, "silahkan ambil. Karena bumi Palestina adalah rumah kalian". Tidak ada petani yang melarang kami petik tanamannya.

Menteri Pertanian Palestina adalah sosok menteri yang kami rasa layak menadi pemimpin di Gaza ini. Dia pernah dipenjara sela tiga tahun, dan selama itu dia menghafal 30 juz Al Qur'an. Dia mampu menghafal surat An Nisa selama 9 jam.

Di Gaza, buta huruf mendekati angka nol persen. Mulai dari yang buta, atau kaum difabel digratiskan sekolahnya. Saya juga diundang oleh 15 yayasan perempuan, seluruh perempuan yang ada di tempat itu bekerja seolah-olah mereka merdeka. Dalam kondisi diblokade, tertindas, mereka mampu memberdayakan perempuan, melakukan pelatihan ketrampilan, P3K, merehabilitasi mentalitas karena serangan-serangan. Dan untuk melakukan itu, mereka tidak membutuhkan ruangan yang besar, tapi ide-ide yang cemerlang.

Orang berlomba-lomba mendaftarkan diri sebagai penghafal Al Qur'an. Bahkan ada lembaga Tahfidz  perempuan yang sudah independen. Mereka tidak butuh guru laki-laki lagi. Mereka merasa bumi ini adalah bumi yang disucikan Allah, dan mereka harus mempertahankan bahkan merebut. Dan, banyak sekali tanah-ranah yang dirampas Israel, bisa mereka ambil kembali. Kata Ismail Haniya, "sejengkalpun kita tidak akan pernah membiarkan tanah Gaza dirampas dan harus kembali pada kami pemiliknya". Bersama itu, ada tanda-tanda tulisan " 85 kilometer lagi mendekati Al Quds". Mereka sangat yakin, bahwa kemenangan itu semakin dekat.

Kami dengar ceramah-ceramah mereka. Di situ mereka bilang, jika Israel bisa menghancurkan infrastruktur kami, tapi Israel tidak akan pernah bisa mengancurkan keinginan kami yang kokoh untuk mempertahankan Gaza ini. Mereka katakan, "kami tahu kami menderita, susah, tapi persoalan Al Aqsa adalah lebih utama dari persoalan penderitaan kami". Jujur, setelah melihat semua keajaiban itu, saya merasa sebenarnya bukan Gaza yang mendapatkan manfaat dari kedatangan kami, tapi kamilah yang mendapat banyak hal selama berada disini. Saya bisa simpulkan, bahwa apa yang saya ketahui tentang Gaza selama ini hanya 10 persen saja. Sisanya saya saksikan sendiri.

Yang dibutuhkan Gaza itu sebenarnya ada dua. Pertama adalah blokade itu harus dicabut. Kedua, pengakuan Internasional. Mereka merasa ada hak-hak mereka pada kita. Hak-hak ukhuwah. Mereka bilang,"Kewajiban kalianlah yang memberikan informasi ini kepada dunia Internasional agar blokade kami dilepas dan kami mendapat pengakuan Internasional".

Seringkali tercium aroma bunga yang sangat harum melintas. Ketika saya tanya salah satu syaikh, aroma apa ini ?, dia bilang kalau wangi ini adalah aroma kasturi. Dia bilang, ada peristiwa orang yang syahid.

Jika mereka benar-benar lepas dari blokade, Gaza akan melejit menjadi negara yang sangat kuat. Dari segi intelektual hingga penampilan. Mereka sepertinya sudah memahami pekerjaan dan kewajiban masing-masing,

Dulu, Almarhumah Yoyoh Yusroh, hanya enam jam berada di Gaza. Dan itu dalam kondisi pasca perang. Kesempatan kami kali ini jadi suatu anugerah. Yang namanya masuk Palestina harus diniatkan. Palestina harus ada dalam cinta kita. Bisa membuktikan cinta itu adalah anugerah yang sangat besar. Setidaknya itu yang saya rasakan setelah menyaksikan selaksa keajaiban di Gaza. selesai

Share this article :

Post a Comment

Terimakasih bila Anda menuliskan komentar disini

Subscribe via RSS Feed If you enjoyed this article just click here, or subscribe to receive more great content just like it.

Daftar Isi

Recent Post

Download Gratis

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2013. Blogs Aksara - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger