"Cerita-cerita Hidup Mereka, Menghantam Kesadaran Kami"
Kegelisahan Menanti Kepastian
Beberapa
hari di Mesir, kami melakukan kunjungan-kunjungan ke berbagai tempat.
Mesir juga salah satu pusat peradaban. Kami mengunjungi museum, masjid,
dan Piramid. Setelah itu, kami dapat kabar bahwa pada tanggal 13 Mei
kami bisa berangkat menuju Rafah yang waktu tempuhnya hanya 6 jam. Kami
dapat kabar bahwa pintu Rafah akan dibuka tanggal 20 Mei. Saya jadi
teringat penundaan-penundaan yang terjadi pada aliansi internasional.
Saya sampai bertanya-tanya, apa benar bisa dipastikan tanggal 20 Mei
pintu Rafah dibuka? Tapi, sebelum berangkat, teman-teman dari Indonesia
menyiapkan banyak alternatif. Pertama, kami berangkat atas nama ASPAC
yang punya kekuatan lembaga. Kedua, kami sudah mengantongi surat ijin
personal dan izin khusus.
Hati
benar-benar gelisah menanti tanggal 20 Mei. Sampai rombongan inti
membicarakan persiapan berangkat keesokan harinya. Mendengar hal itu,
hati saya berbunga-bunga. Pada saat perjalanan,sangat jauh berbeda
ketika Hosni Mubarak masih berkuasa dengan kondisi sekarang. Meskipun
saat itu yang masih berkuasa di Mesir adalah Militer. Kami sempat tidak
nyaman juga karena jarak chek point di Al Arish cukup jauh,
sekitar 6 jam perjalanan. Dan dari Al Arish masih 40 kilometer menuju
Rafah. Dengan berbekal surat dan tim negoisasi yang handal, akhirnya
kami berangkat di kawal panser-panser menuju Al Arish. Kami benar-benar
merasa terhormat.
Setiba
di Al Arish, kami diberitahu bahwa barang yang dibawa tidak boleh
terlalu banyak. Di situ kami juga mendengar kabar bahwa di pintu Rafah
ada semacam demo. Kami pun menunggu selama 3 jam dengan dikawal panser.
Kita harus Berprasangka baik, karena memang niat kita baik. Allah
takdirkan kami berangkat dengan niat yang sama, dan selama perjalanan
kami banyak berdzikir. Alhamdulillah, perjalanan kami mulus hingga ke Rafah.
Alhamdulillah Akhirnya Kami Menembus Gaza
Salah
satu rombongan kami, belum memiliki visa. Dari awal, kami sudah
berikan gambaran bagi yang belum memiliki visa akan masuk ke Gaza
melalui terowongan. Tapi sebelum itu, kami perjuangkan negoisasi agar
semua bisa masuk melalui pintu Rafah. Setelah satu jam menunggu,
akhirnya izin itu keluar. Ada salah satu anggota rombongan spontan
menangis karena sudah lima kali ke Rafah tapi tidak bisa masuk. Sampai
ada kata-kata"air mata kalian tidak pernah kamilupakan." Saking
gembiranya, kami tidak tahu kalau Rafah itu bukan Gaza.
Setelah
penerimaan yang pertama, kami dibawa dengan kendaraan yang cukup bagus
menuju hotel di Gaza. Disitu saya mulai berpikir, apakah pengetahuan
saya tentang Gaza sama seperti yang saya kira selama ini? Sampai saya
bawa pakaian hanya tiga lembar di dalam ransel. Setibanya di Gaza, saya
tidak bisa merasionalisasikan apa yang saya lihat. Benarkah ini Gaza ?
di sana saya di sambut dengan sangat baik. Sambutan yang begitu tulus
dari lubuk hati mereka yang paling dalam, terasa bukan basa-basi
Gaza
berpenduduk 1,8 juta jiwa dengan luas wilayah yang mungkin hanya seluas
kota Bogor, Jawa Barat. Sekitar 400 ribu penduduknya adalah orang mapan
yang mengurusi 1,4 juta jiwa sisanya. Penduduk inilah yang hidup dalam
kondisi yang sangat terbatas. Ada di antara mereka yang hidup di
pengungsian, tanah mereka di rampas Yahudi, air kurang, listrik
terbatas, tidak ada pekerjaan ternyata Allah siapkan 1,8 penduduknya
untuk duduk di kementrian, parlemen, lembaga sosial dan lainnya. Mereka
harus punya izzah (kemuliaan) dihadapan Yahudi dan Israel. Dari
segi akademis hingga penampilan mereka layak berada di garis depan
menghadang Israel. Jarang diantara mereka yang hanya sarjana S1, tapi S2
dan S3. Bayangkan, dalam kondisi tertindas mereka melakukan pekerjaan
yang profesional. Nilai lebih lainnya, mereka rata-rata Hafal Al Qur'an.
Kami
menjalani jadwal yang sangat padat disana. Jam 9 pagi kumpul dan pulang
ke hotel bisa jam 4 sore. Dan ini sesuatu yang lama kami nantikan.
Dalam jadwal itu, kami melakukan kunjungan-kunjungan ke tokoh-tokoh
Palestina. Perjalanan kami ke Gaza kali ini, benar-benar menguras
airmata. Ada banyak cerita penuh ibroh dan mengguncang ruhiyah. Kalau
selama ini kami hanya mendengar dari banyak sumber, di sini kami
benar-benar menyaksikannya.....bersambung Bag 3
Post a Comment
Terimakasih bila Anda menuliskan komentar disini