Jakarta, berita21.com – Secara keseluruhan pencemaran tahun ini turun bila dibandingkan dengan 2011. Tingkat lulus uji emisi kendaraan juga naik.
BURUKNYA
kualitas udara di Indonesia mendorong Kementerian Lingkungan Hidup
(KLH) mengevaluasi udara perkotaan (EUP) dengan fokus uji emisi pada
kendaraan bermotor di seluruh kota di Indonesia.
Dari evaluasi
yang diimplementasikan lewat program Langit Biru dan Transportasi
Berkelanjutan itu, KLH menilai kualitas udara di 43 kota di 33 provinsi,
yang terbagi menjadi tiga kategori, yakni kota metropolitan (14 ), kota
besar (13), dan kota sedang/kecil (17).
“Berdasarkan evaluasi
yang dilakukan sejak Maret hingga Oktober 2012, terpilih lima kota
metropolitan dengan kualitas udara paling baik di Indonesia, yakni
Tangerang, Jakarta Selatan, Medan, Semarang, dan Jakarta Timur,” ujar
Deputi Menteri Lingkungan Hidup (Menteri LH) Bidang Pengendalian
Pencemaran KLH Karliansyah, pada acara Public Expose Program Langit Biru
KLH kemarin di Jakarta.
Lima kota metropolitan dengan kualitas udara terburuk ialah Jakarta Pusat, Makassar, Bekasi, Depok, dan Jakarta Barat.
Pada
kesempatan yang sama, Asisten Deputi Urusan Pengendalian Pencemaran
Udara Ade Palguna menjelaskan parameter yang dipakai sebagai dasar
penilaian.
“Parameternya berdasarkan kadar karbon monoksida (CO) dan nitrogen dioksida (NO2) di kota-kota tersebut,” ujar Ade.
Dua
kota dengan kadar CO melebihi ambang batas baku mutu, lanjutnya, ialah
Gorontalo dan Banda Aceh. Satu kota dengan NO2 melebihi ambang batas
baku mutu, yakni Samarinda.
Karliansyah menambahkan, secara
keseluruhan konsentrasi pencemaran tahun ini cenderung turun bila
dibandingkan dengan 2011. Tingkat lulus uji emisi kendaraan dengan bahan
bakar bensin pada 2012, misalnya, naik menjadi 88% bila dibandingkan
dengan tahun lalu di angka 85%.
“Namun, tingkat lulus uji emisi kendaraan berbahan bakar solar justru turun dari 47% pada tahun lalu menjadi 43%,” papar Karli.
Usaha yang panjang
Keberhasilan Kota Tangerang meraih peringkat pertama ternyata melalui usaha yang panjang dan konsisten. Wakil Wali Kota Tangerang Arief R Wismansyah menyatakan pihaknya sejak 2010 menjalankan pengolahan gas metana di berbagai tempat pembuangan akhir dan menggalakkan penambahan ruang terbuka hijau (RTH).
Keberhasilan Kota Tangerang meraih peringkat pertama ternyata melalui usaha yang panjang dan konsisten. Wakil Wali Kota Tangerang Arief R Wismansyah menyatakan pihaknya sejak 2010 menjalankan pengolahan gas metana di berbagai tempat pembuangan akhir dan menggalakkan penambahan ruang terbuka hijau (RTH).
“Kami menerapkan green panel di setiap persimpangan jalan, program sekolah berwawasan lingkungan, dan bank sampah,” papar Arief.
Hal
serupa juga dilakukan Kota Jakarta Selatan. Menurut Kepala Kantor
Lingkungan Hidup (KLH) Kota Administrasi Jakarta Selatan, Yusiono,
pihaknya akan terus konsisten dan berupaya menempati posisi pertama.
“Pencapaian
Jakarta Selatan tidak diperoleh begitu saja. Selama beberapa tahun
belakangan ini, kami memprioritaskan penanaman pohon, uji emisi yang
ketat, dan pemberlakuan Hari Bebas Kendaraan Bermotor,” ujar Yusiono.
Di
sisi lain, Wakil Wali Kota Jakarta Barat Sukarno mengatakan belum
mendapatkan hasil penilaian dari KLH. Menurutnya, secara kasatmata, di
wilayahnya masih ada penghijauan, memiliki hutan kota di Srengseng dan
taman kota. “Karena itu, kami mau melihat dahulu bagaimana persentase
dibilang kotor,” ujarnya di Kantor Wali Kota.
http://nasional.berita21.com/
Post a Comment
Terimakasih bila Anda menuliskan komentar disini