Pembangkit Listrik dari bahan bakar batubara (=PLTU)
jika tidak dikelola dengan baik dan benar dapat mendatangkan bencana bagi manusia
dan lingkungan; terutama polusi oleh asap dari hasil pembakaran batubara dalam
tungku pembangkit listrik tenaga uap. Sebagai contoh kasus di Amerika Serikat, data
Earth Policy Institute di Washington DC menyebutkan bahwa karena
pencemaran udara oleh Pembangkit Listrik Tenaga Batubara, rata-rata pertahun telah
menyebabkan 23.600 kasus kematian, 554.000 kasus asma, 16.200 kasus bronkitis
kronis, dan 38.200 kasus serangan jantung.
Beberapa polutan
utama yang dihasilkan oleh Pembangkit Listrik Tenaga Batubara, sebagai berikut:
- Pembangkit Listrik Tenaga Batubara menghasilkan gas SOx yang dikenal sebagai sumber gangguan paru-paru dan berbagai penyakit pernafasan;
- Pembangkit Listrik Tenaga Batubara menghasilkan gas NOx, yang bersama dengan gas SOx adalah penyebab dari fenomena "hujan asam". Fenomena ini diperkirakan dapat membawa dampak buruk bagi peternakan dan pertanian;
- Pembangkit Listrik Tenaga Batubara menghasilkan gas COx yang membentuk lapisan yang menyelubungi permukaan bumi dan menimbulkan efek rumah kaca ‘green-house effect’ yang pada akhirnya menyebabkan pergeseran cuaca/pemanasan global;
- Pembangkit Listrik Tenaga Batubara menyebabkan pencemaran logam-logam berat seperti Pb, Hg ,Ar, Ni, Se dan lain-lain, dengan kadar jauh di atas normal;
- Pembangkit Listrik Tenaga Batubara menghasilkan partikel-partikel debu yang juga mengadung unsur-unsur radioaktif yang sangat berbahaya bagi kesehatan. Partikel radioaktif tersebut umumnya bercampur dengan berbagai unsur lainnya, termasuk isotop radioaktif seperti uranium dan thorium. Unsur-unsur tersebut berasal dari hasil pembusukan produk, radium dan radon. Akibat pembakaran, beberapa partikel radioaktif ringan, seperti gas radon menguap dan tinggal (menumpuk) di atmosfir, namun sebagian besar masih berada di sekitar pembangkit listrik dalam bentuk limbah-abu batubara. Karena itu, Oak Ridge National Laboratory di Amerika Serikat memperkirakan bahwa jumlah paparan radiasi dari orang yang tinggal dekat pembangkit listrik tenaga batu bara lebih tinggi beberapa kali daripada orang yang tinggal dengan jarak yang sama dengan reaktor nuklir;
- sebagai kondensator dari siklus uap air primer, pembangkit listrik tenaga batubara juga memanfaatkan air dari sumber yang berdekatan dengan lokasinya. Oleh karena itu, polusi air yang disebabkan oleh generator (lebih-kurang dua pertiga dari panas yang dihasilkan oleh bahan bakar) terpaksa dilepas ke lingkungan melalui sikius pendingin, sehingga air yang keluar dari siklus sekunder ini akan mengalami kenaikan suhu yang dapat menggangu kesetimbangan ekosistim dari organisme yang hidup di sumber air tersebut. Dampak negatif ini bahkan akan semakin bertambah dengan adanya bahan-bahan kimia pemurni air yang dicampurkan sebelum air tersebut masuk ke siklus pendingin.
Post a Comment
Terimakasih bila Anda menuliskan komentar disini