Oleh redaksi http://www.mimbar-opini.com/ | ||||
| ||||
| ||||
Sebagai contoh, ketika pemerintah mengeluarkan kebijakan
bantuan langsung tunai (BLT) pada tahun 2005. Kebijakan tersebut dikecam
ramai-ramai oleh para pengamat, karena dianggap tidak memberikan
pendidikan kepada masyarakat. BLT (Bantuan Langsung Tunai) merupakan
program kompensasi jangka pendek yang tujuan utamanya menjaga agar
tingkat konsumsi [RTS ], rumah tangga yang tergolong sangat miskin or
near poor, tidak menurun pada saat terjadi kenaikan harga BBM. Dengan
demikian, walaupun program BLT bukan satu-satunya program yang berkaitan
dengan penanggulangan kemiskinan, namun diharapkan dapat mendorong
pengurangan tingkat kemiskinan pada saat terjadi penyesuaian harga-harga
kebutuhan pokok menuju keseimbangan yang baru.
Namun pendapat yang mengecam BLT tersebut berubah, ketika pemilu
2009, ramai-ramai para tokoh politik mengklaim bahwa kebijakan BLT
tersebut merupakan ide mereka. Bahkan tema BLT pun menjadi salah satu
tema favorit dalam rangka menarik simpati masyarakat pada pemilu 2009.
Di tengah suasana krisis ekonomi global, , saat memberikan
keterangan pers seusai Rapat Terbatas bidang ekonomi di Istana Bogor,
24/8, Presiden SBY mengatakan pemerintah terus bekerja terutama terkait
perlindungan pada rakyat berpenghasilan rendah. Untuk itu, pemerintah
mengambil kebijakan dan aksi untuk menyelamatkan perekonomian nasional.
Risiko atas kebijakan tidak populer pun diambil pemerintah, meskipun
demikian Yudhoyono yakin selama ini pemerintah terus mengeluarkan
kebijakan yang populer. Saat ini, dampak resesi perekonomian dunia sudah
mulai dirasakan Indonesia. Karena itu, Kepala Negara menegaskan
pemerintah akan memastikan rakyat berpenghasilan rendah tetap dapat
dilindungi. Karena itu, untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih
tinggi lagi, pemerintah akan mengutamakan investasi secara menyeluruh di
tanah air.
SBY pun mengajak seluruh jajaran pemerintah baik pusat dan daerah
untuk membangun iklim investasi dengan baik dan menghapus hambatan
investasi seperti birokrasi. Selain itu, pemerintah juga akan menjaga
ekspor yang mengalami penurunan meskipun ia mengakui penguatan tidak
mudah. Menjaga dan mengelola impor juga menjadi salah satu prioritas.
Dalam struktur APBN 2013 dan 2014, pemerintah menganggarkan jumlah
belanja modal dan dan pembangunan infrastruktur.
Populer atau tidak kebijakan pemerintah, intinya ialah, bagaimana
kebijakan tersebut berdampak besar atas kesejahteraan rakyat. Masalah
kesejahteraan yang tidak kunjung usai bagi bangsa ini merupakan
pekerjaan rumah besar bagi siapapun yang menjalankan roda pemerintahan.
Untuk itu pelibatan segenap elemen masyarakat dalam mengimplementasikan
kebijakan tersebut merupakan hal yang lebih penting, agar masyarakat
dapat benar-benar memahami dan ikut berkontribusi dalam pembangunan
nasional.
Dewi Lestari Jalan Mampang 2, Jakarta Selatan |
Kebijakan Tak Harus Populer, Kesejahteraan Rakyat Yang Utama
Written By Unknown on Monday, September 24, 2012 | 9/24/2012
Label:
Opini
Post a Comment
Terimakasih bila Anda menuliskan komentar disini