Home » » Al Hikam Petuah-Petuah Agung Sang Guru

Al Hikam Petuah-Petuah Agung Sang Guru

Written By Unknown on Friday, September 28, 2012 | 9/28/2012

Syaikh ibn 'Atha'ilah as-Sakandari


[1] Bersandar Diri Hanya Kepada Allah

"Salah satu tanda bergantungnya seseorang kepada amalnya adalah kurangnya raja'(harapan terhadap rahmat Allah) tatkala ia mengalami kegagalan(dosa)"


Penjelasan:

Guna meraih keridhaan Allah Ta'ala, seseorang muslim diwajibkan untuk beramal. Tapi dalam waktu yg bersamaan diwajibkan pula pada kita untuk tidak menyandarkan diri kepada amal itu semata. Semua ini dimaksudkan agar dapat sampai kpd keridhaan-Nya. Karena, betapun seorang Muslim itu telah melakukan suatu amalan, ia tidak akan pernah mampu untuk menunaikan apa yg menjadi 'hak Allah' secara utuh. Jug, ia tidak akan mungkin mampu melakukan seluruh kewajiban secara sempurna sebagai bentuk rasa syukur kepada-Nya.

Oleh karena itu saang guru berkata, bahwa salah satu tanda seseorang menyandarkan diri kepada kekuatan amalnya semata adalah kurangnya raja' (harapan terhadap rahmat Allah Ta'ala) ketika dia melakukan dosa, atau tidak tercapainya tujuan.

Ini sesuai dengan sabda Nabi Shalallahu 'Alaihi wa Sallam.
"Berlakulah kalian setepat dan secermat mungkin. Sebab ketahuilah bahwa amal seseorang dari kalian tidak akan memasukkannya ke dalam surga"

Mereka para sahabat bertanya, 'lalu bagaimana dengan Anda, wahai Rasulullah?'

Beliau menjawab, '"Aku juga, hanya saja Allah meliputiku dengan ampunan dan kasih sayang (rahmat)-Nya"'(Diriwayatkan oleh enam imam hadits)

Allah Ta'ala berfirman:
"Ini merupakan karunia Rabbku untuk mengujiku, apakah aku bersyukur atau justru mengingkari (nikmat2-Nya). Barang siapa bersyukur, maka sesungguhnya ia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri. Dan barang siapa ingkar, maka sesungguhnya Rabbku Mahakaya lagi Mahamulia"
an-Naml:40

[2]Antara Urusan Dunia dan Akhirat


"Keinginanmu untuk tajrid(meninggalkan urusan dunia, termasuk mencari rizki) padahal Allah telah menempatkan engkau pada asbab(usaha, dimana Allah telah membekali manusia dengan sarana penghidupan), adalah termasuk dalam (bisikan) syahwat yang samar. Sebaliknya, keinginanmu untuk melakukan asbab padahal Allah telah menempatkanmu pada kedudukan tajrid, adalah suatu kemerosotan dari himmah(tekad spiritual) yang luhur"



Penjelasan:

Sang guru mengajak untuk memeperhatikan, bahwa kecendrungan semacam ini (tajrid) kadang muncul akibat pengaruh hawa nafsu, bukan karena pengaruh rasa cinta yang tulus terhadap akhirat.

Bagi mereka yg melangkahkan kaki di jln Allah, yang di dlm hatinya terbesit keinginan untuk meninggalkan asbab dan aktivitas duniawi karena dorongan cintanya kepada Allah, maka sang guru berpesan agar mereka itu memperhatikan adab dalam beramal. Yaitu, apabila Allah Ta'ala meletakkan kita pada asbab, maka tetaplah berpijak padanya. Dan jika ketetapan itu tidak sesuai dengan keinginan kita, maka tetaplah atasnya. Sebab Allah kadang menahan asbab itu dari kita, sebagaimana tergambar dalam firman-Nya berikut ini,
"Kami melihat wajahmu (Muhammad) sering menengadah ke langit, maka akan Kami palingkan engkau ke kiblat yang engkau senangi" Al Baqarah: 144

[3] Tak Ada Yang Mampu Mengubah Ketentuan Allah
"Himmah yg kokoh takkan mampu menembus dinding takdir"


Penjelasan:

Sebagian orang ada yg memiliki hasrat cukup tinggi. Sampai ada yg berkhayal, bahwa mereka mampu untuk mengubah hukum alam (sunnatullah) dalam waktu cepat. Pemikiran semacam ini muncul dari keinginan untuk melakukan perubahan tanpa diimbangi dengan data yg kuat tentang serangkaian sebab akibat yg mungkin terjadi. Seakan-akan mereka melupakan firman Allah Ta'ala berikut ini,

"Dan kamu tidak akan dapat menghendaki (menempuh jalan itu), kecuali apabila dikehendaki oleh Allah, Rabb seluruh alam."
At-Takwir: 29

[4]Tak Perlu Mengatur Semua Urusan Dunia

"Istirahatkanlah dirimu dari melakukan tadbir(mengatur urusan duniawi) dengan susah payah. Karena, sesuatu yang telah diurus untukmu oleh selain dirimu (sudah diurus oleh Allah), tidak perlu engkau turut mengurusnya"
Penjelasan:

Sang guru mengingatkan kita akan pemahaman yang salah pada kebanyakan orang mengenai mutiara hikmah ini. Hingga cenderung memunculkan gambaran negatif yang bisa membawa pengaruh buruk dalam tata kehidupan masyarakat Islam. Menurut Syaikh, seorang hamba harus mengenal kewajiban yg dibebankan Allah atas dirinya, termasuk juga tugas untuk mengurus dan menata dunia. Sedangkan apa yang menjadi haknya, merupakan kewenangan bagi 'Sang Pemberi' untuk menentukannya. Oleh karena itu, ia tidak perlu lagi merasa risau secara berlebihan atas keputusan-Nya. Sebab kerisauan semacam itu justru menunjukkan lemahnya iman sang hamba.

[5]Rezeki yang Sudah Ditetapkan


"Kesungguhanmu mengejar apa yang sudah dijamin untukmu (oleh Allah) dan kelalaianmu melaksanakan apa yang telah dibebankan kepadamu, itu merupakan tanda butanya bashirah (mata batin).

Penjelasan:
Nasehat bijak ini memberikan pemahaman kepda kita, bahwa sebaiknya jangan memaksakan diri untuk mengejar apa yang sesungguhnya telah dijamin oleh Allah Ta'ala atas seluruh makhluk ciptaan-Nya. Sebagai mana disitir ileh Allah Ta'ala didalam sebuah firman-Nya,

"Dan berapa banyak binatang melata yang tidak (mampu) membawa (mengurus) rezekinya sendiri. Allah-lah yang memberi rezeki kepadanya dan kepadamu, juga Dia Mahamendengar lagi Mahamengetahui."Al-Ankabuut:60

Juga firman Allah yang lain,

"Kami (Allah) tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa."Thaahaa:132

Seorang bijak yang bernama Ibrahim al-Khawwash pernah berkata,

"Janganlah memaksakan diri untuk mencapai apa yang telah dijamin (untuk dicukupi), dan jangan menyia-nyiakan (mengabaikan) apa yang telah diamanahkan (diwajibkan) kepadamu untuk memenuhinya".

Dalam sebuah hadist, Rasulullah SAW. bersabda,

"Sesungguhnya Allah sangat mencintai seorang hamba yang apabila melakukan suatu pekerjaan, maka ia melakukannya dengan sebaik-baiknya".HR Abu Ya'la dan al-Asykari

[6] Tertundanya Pengabulan Doa
"Terlambat datangnya pemberian (Allah), mesti sudah dimohonkan berulang ulang, janganlaha membuatmu patah harapan. Karena dia telah menjamin untuk mengabulkan permintaanmu sesuai dengan apa yang Dia pilihkan untukmu, bukan menurut keinginan engkau sendiri. Juga dalam waktu yang Dia kehendaki, bukan pada waktu yang engkau inginkan."


Penjelasan:

Tidak sepatutnya sang hamba berburuk sangka kepada Allah akibat doa doanya belum dikabulkan olehNya. Dan sebaiknya bagi hamba, yang tidak tahu apa yang akan terjadi atas dirinya esok hari, segera melakukan introspeksi diri. Karena Allah sendiri sudah mengatakan dalam firman-Nya,

"Dan Rabbmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilihnya. Sekali kali tidak ada hak bagi mereka untuk memilih" al-Qashash: 68

Dan hendaknya kita senantiasa mengingat firman Allah Ta'ala berikut ini:

"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu. dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah Mahamengetahui, sedang kamu tidak mengetahui" al-Baqarah:216

Sang guru juga mengingatkan,


"Tidak terlaksananya sesuatu yang dijanjikan oleh Allah, janganlah sampai membuatmu ragu terhadap janji Allah itu. Ini agar tidak mengaburkan bashirahmu (pandangan mata bathin) dan memadamkan nur (cahaya) hatimu."



Penjelasan:

Sebagai hamba, manusia tidak mengetahui kapan persisnya Allah akan menurunkan karunia dan rahmat-Nya. Sehingga apabila seseorang melihat tanda-tanda tertentu, maka ia akan menduga bahwa itulah saat yang dijanjikan oleh Allah. Sementara dari sisi Allah, sebetulnya masih ada persyaratan yang Dia kehendaki atas diri hamba itu yang belum terpenuhi. Jadi, jangan sampai menuduh Allah melanggar janji-janjinya.

Allah Ta'ala berfirman,

"Ingatlah, bahwa sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat"al-Baqarah:214

Dalam firman Allah yang lain digambarkan, bahwa manusia itu memiliki sifat cenderung tergesa gesa,

"Dan adalah manusia itu bersifat tergesa-gesa" al-Israa':11

[7] Dibukanya Pintu Makrifat
"Apabila Allah telah membukakan salah satu jalan makrifat (mengenal Allah) bagimu, maka jangan hiraukan mengapa itu terjadi, walaupun amalmu masih sangat sedikit. Allah membukakan pintu itu bagimu hanyalah karena Dia ingin memperkenalkan diri kepadamu. Tidakkah engkau mengerti, bahwa makrifat itu merupakan anugrah-Nya kepadamu? Sedang engkau mempersembahkan amal-amalmu kepada-Nya? Maka apalah artinya apa yang engkau persembahkan kepada-Nya itu dengan apa yang dianugrahkan oleh Allah kepadamu".


Penjelasan:

Mengenal Allah Ta'ala merupakan kebutuhan bagi setiap hamba. Hingga manakala Dia telah membukakan pintu(jalan) menuju makrifat kepada-Nya, maka itu merupakan anugerah terbesar dalam kehidupan.

[8] Ruh Dari Amal Adalah Keikhlasan
"Amal itu beragam, lantaran beragamnya keadaan yg menyelinap ke dalam hati (jiwa). Amal itu merupakan kerangka yang tetap (mati, tidak bergerak), dan ruhnya ialah keikhlasan yang ada (melekat) padanya".

Penjelasan:

Setiap hamba yang sholeh, yang sedang menuju ke suatu maqam(tingkatan) tertentu akan merasakan kenikmatan di dalam menjalankan setiap perintah Allah Ta'ala. Karena mereka mengerti di dalam rangkaian ibadah yang mana mereka dapat merasakan kenikmatannya.

Yang dimaksudkan syeikh disini, keikhlasan seseorang dalam beramal adalah semata ditujukan kepada Allah sebagai zat yg memiliki sang hamba. Dan memang dalam hal ini dikenal dengan (terdapat) berbagai tingkatan, sesuai dengan taufiq yang diberikan oleh Allah Ta'ala kepada sang hamba.

9] Bahaya Jabatan dan Ketenaran

"Tanamlah wujudmu dalam bumi yg tersembunyi (agar tidak dikenali orang), karena sesuatu yang tumbuh dari benih yang tidak ditanam, maka buahnya tidak akan sempurna"

Penjelasan:

Keinginan hawa nafsu yang utama adalah terpenuhinya semua jenis kebutuhan, tanpa kecuali. Dan kedudukan seseorang di tengah masyarakat mempermudah jalannya nafsu untuk memenuhi semua kebutuhan itu. Oleh karenanya sang guru mengingatkan kepada kita akan bahayanya ketenaran, jabatan public, dan sejenisnya. Posisi itu amat rentan terhadap munculnya sifat-sifat buruk yang ditimbulkan oleh hawa nafsu, seperti riya', sombong dan sebagainya.

[10] Manfaat Uzlah bagi Qalbu
"Tidak ada yg lebih bermamfaat bagi qalbu sebagaimana uzlah, sebab dengan memasuki uzlah(perenungan) pikiran kita jadi luas"


Penjelasan:

Menyendiri atau melakukan perenungan merupakan langkah terbaik guna mengisi qalbu yang tengah mencari jatidiri menuju Allah swt.

[11] Belenggu yang Menghalangi Jalan Menuju Allah
"Bagaimana hati dapat bersinar, sementara gambar gambar duniawi tetap terlukis di dalam hati itu?
Atau bagaimana hati bisa berangkat menuju Allah, kalau masih terbelenggu oleh syahwatnya?
Atau, bagaimana mungkin seseorang akan antusias menghadap ke hadirat Allah, apabila hatinya belum suci dari 'junub' kelalaiannya?
Atau bagaimana mungkin seseorang hamba bisa memahami kedalaman berbagai rahasia, sementara ia belum bertobat dari kesalahannya?"


Penjelasan:
Adalah mustahil untuk menyatukan kebaikan dan keburukan, sebagaimana mustahilnya menyatukan siang dan malam.
[12] Cahaya Makrifat Terhalang oleh Benda Benda Alam

"Alam ini serba gelap, ia menjadi terang hanyalah karena manifestasi (zhahir) Allah didalamnya. Siapa melihat alam, namun tidak menyaksikan Allah di dalam atau bersamanya, sebelum atau sesudahnya, maka ia sangat memerlukan cahaya, dan surya makrifat terhalang baginya oleh awan benda-benda alam"

Penjelasan:
Apabila seorang hamba menyaksikan alam semesta ini beserta isinya, juga semua makhluk ciptaan Allah Ta'ala yang melata di bumi, lalu ia tidak mampu untuk mengetahui akan keberadaan-Nya, maka sungguh hatinya terhalang dari Allah, atas semua benda(makhluk) itu. Demikian sang guru mengingatkan kita untuk segera menyadarinya.

[13]Dia Menghalangimu Untuk Melihat-Nya

"Di antara bukti yang memperlihatkan adanya kekuasaan Allah yang Mahasuci adalah, bahwa Dia menghalangimu dari melihat-Nya dengan tabir yang tidak wujud di sisi-Nya"


Penjelasan:
Adaanya Allah Ta'ala tidak dapat disamakan (dipadankan) dengan keberadaan makhluk. Oleh karena itu para 'arifin telah bersepakat, bahwa segala sesuatu selain Allah dinyatakan tidak ada. Sebab, keberadaan makhluk sepenuhnya bergantung kepada kehendak dan karunia dari Allah Ta'ala. Atau dengan kata lain, seperti 'bayangan' yang senantiasa 'bergantung' kepada 'apa' yang 'membayanginya'.

[14]Allah Lebih Dekat kepada Hamba-Nya
"Bagaimana mungkin dapat dibayangkan, kalau sesuatu dapat menjadi hijab atas-Nya, padahal Dia-lah yang menampakkan segala sesuatu?"


"Bagaimana mungkin dapat dibayangkan, kalau sesuatu mampu menjadi hijab atas-Nya, apabila Dia-lah yg tampak ada pada segala sesuatu?"



"Bagaimana mungkin dapat dibayangkan, kalau sesuatu mampu menjadi hijab-Nya, padahal Dia-lah yang terlihat dalam segala sesuatu?"



"Bagaimana mungkin dapat dibayangkan, kalau sesuatu mampu menjadi penghalang atas-Nya, padahal Dia-lah Yang Mahatampak atas segala sesuatu?"



"Bagaimana mungkin dapat dibayangkan, ada sesuatu mampu untuk menjadi penghalang atas-Nya, sedangkan Dia-lah Yang Mahaada sebelum adanya segala sesuatu?"



"Bagaimana pula bisa dibayangkan, kalau sesuatu mampu menjadi penghalang bagi-Nya, sementara Dia (keberadaan-Nya) lebih jelas (tampak) dari segala sesuatu itu sendiri?"



"Dan bagaimana mungkin Dia akan dihijab oleh sesuatu padahal Dia adalah Yang Maha Esa, yang tidak ada disamping-Nya sesuatu apapun "



"Bagaimana mungkin segala sesuatu akan mampu menghalangi-Nya, jika Dia lebih dekat kepadamu dari segala sesuatu itu sendiri?"



"Bagaimana mungkin Dia bisa dihalangi oleh sesuatu, sementara apabila tidak ada Dia, niscaya tidak akan ada segala sesuatu itu?"



"Alangkah mengherankan, bagaimana mungkin keberadaan sesuatu yang 'pasti ada' (Allah) bisa terhalang oleh sesuatu yang (sebelumnya) 'tidak ada' ('adam, yaitu makhluk)? Bagaimana mungkin pula sesuatu yang baru (al-hadits, yaitu makhluk) dapat bersama dengan Zat yang memiliki sifat Qidam (tidak berpermulaan)?"



Penjelasan:
Hakikat akan sesuatu yang sebelumnya tidak ada (makhluk) itu adalah berupa kegelapan. Sedangkan wujud Allah Ta'ala itu laksana cahaya yang meneranginya. Pesan ini juga bermakna, bahwa kebenaran (Al-Haq) itu selamanya tidak akan mampu menyatu dengan kebatilan. Dan kebatilan akan hancur jika berusaha melawan kebenaran.
[15] Jangan Menginginkan Sesuatu yang Tidak Dikehendaki oleh-Nya.

"Sangatlah jahil orang yang menginginkan terjadinya sesuatu diluar waktu yang dikehendaki oleh Allah"

Penjelasan:
Pesan sang guru ini adalah, bahwa sebaiknya seseorang hamba berserah diri dengan tulus kepada apa yang telah menjadi ketentuan (hukum) Allah Ta'ala disetiap waktu. Dan juga harus meyakini, bahwa Allah itu Mahabijaksana lagi Mahakuasa.

Wassalam

NB.semoga bermanfaat bagi semua.
Share this article :

Post a Comment

Terimakasih bila Anda menuliskan komentar disini

Subscribe via RSS Feed If you enjoyed this article just click here, or subscribe to receive more great content just like it.

Daftar Isi

Recent Post

Download Gratis

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2013. Blogs Aksara - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger