Home » , » Pasar Percontohan Nasional: Strategi Mengimbangi Laju Pasar Modern

Pasar Percontohan Nasional: Strategi Mengimbangi Laju Pasar Modern

Written By Unknown on Thursday, May 23, 2013 | 5/23/2013

Sampai bulan Oktober 2012 lalu sudah ada 8 dari 10 Pasar Percontohan Nasional 2011 yang telah selesai direvitalisasi fisiknya dan diresmikan penggunaannya. Kemendag RI akan terus mengawasi dan memantau perkembangannya agar pasar-pasar tersebut berfungsi optimal  dan membawa kemajuan ekonomi bagi seluruh pedagang di dalamnya.
Sekitar 700 pedagang Pasar Lambocca, Bantaeng,  Sulawesi Selatan tersenyum ceria melihat pasar mereka telah selesai direvitalisasi. Kebahagian itu pun bertambah setelah Mendag RI secara langsung meresmikannya pada 22 Oktober 2012 dengan didampingi sekitar 30 orang pejabat dari kementerian Perdagangan RI, termasuk di dalamnya h Dirjen Perdagangan Dalam Negeri, Gunaryo.
Dengan gelar Pasar Percontohan Nasional, para pedagang Pasar Lambocca berharap program tersebut benar-benar membawa kemajuan bagi pasar seluas 1,5 Ha yang selama ini menjadi tumpuan ekonomi mereka dan juga menjadi pasar favorit masyarakat setempat.
Karena itu, Mendag pun berpesan kepada para pedagang setempat agar pasar yang telah diperbaiki untuk dijaga dan dipelihara dengan baik. “Jika dirawat dengan baik, kami yakin pasar akan memberikan manfaat yang besar bagi kesejahteraan masyarakat sekitar,” kata Mendag RI Gita Wirjawan dalam sambutannya.
Pada kesempatan tersebut, Mendag juga menegaskan kembali komitmennya untuk menjalankan program Pasar Percontohan ini, sehingga pasar dapat menjadi kebanggaan bagi rakyat sekitarnya. “Kami akan terus memantau perkembangannya. Namun tentu saja keberhasilan konsep dan pelaksanaan program Pasar Percontohan ini tergantung dari kerja sama yang sinergis dari seluruh pemangku kepentingan, baik Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, maupun para pengelola pasar, pedagang dan konsumen,” imbuhnya.
Pasar Lambocca yang terletak di Jalan Poros Bantaeng-Bulukumba  yang merupakan bagian dari jalur utama lintasan Janeponto, Bantaeng dan Bulukumba, hingga Toraja ini merupakan Pasar Percontohan Nasional 2011 kedelapan yang telah diresmikan oleh Kemendag RI pada tahun 2012 ini. Total anggaran yang dialokasikan oleh Kemendag dari APBN untuk revitalisasi Pasar Lambocca adalah sebesar Rp. 15 miliar.
Dana yang diambilkan dari dana Tugas Pembantuan dari Kementerian Perdagangan RI tersebut digunakan untuk pembangunan kios dengan jumlah 112 unit, los 388 unit, kuliner 20 unit, lapak 192 unit serta prasarana lainnya yaitu Musholla 1 unit, klinik kesehatan 1 unit, pos jaga 2 unit, kantor pengelola 1 unit dan area parkir di depan pasar 20 x 50 meter.
Setelah revitalisasi ini, Pasar Lambocca yang buka dan beraktifitas setiap Senin dan Kamis ini dapat menampung sekitar 2.000 pedagang lebih.  Komoditas yang dijual di pasar ini juga cukup lengkap. Yakni, meliputi komoditas basah (ikan), sayur-mayur, buah-buahan, hasil bumi, kebutuhan pokok, kelontong, peralatan rumah tangga, serta kebutuhan sandang.
Dalam sambutannya di Pasar Lambocca, Mendag mengharapkan pasar percontohan bisa menjadi penggerak ekonomi. Karena itu, pasar-pasar percontohan yang direvitalisasi Kemendag RI  tidak hanya diperbaiki sebatas fisik, namun juga diperbaiki pengelolaan manajemen dan pemberdayaan pedagangnya. Dalam program binaan ini, Kementerian Perdagangan juga memfasilitasi pelaksanaan pos ukur ulang dalam rangka meningkatkan tertib ukur guna melindungi konsumen.
Mendag menjelaskan, dalam program Pasar Percontohan, para pengelola dan pedagang pasar diberi pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan mereka dalam mengelola pasar. Kemendag dalam hal ini juga telah membentuk tim khusus yang memberi masukan, rekomendasi dan pendampingan, misalnya dalam hal mendesain pasar yang cocok dengan lokasi, adat, budaya, penghasilan dan kekhasan daerah tersebut.
Adapun Pasar Percontohan 2011 lain yang telah diresmikan oleh Kemendag RI pada tahun 2012 ini adalah Pasar Cokro Kembang di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah; Pasar Skouw di Kota Jayapura, Papua; Pasar Pattalasang di Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan; Pasar Agung di Kota Denpasar, Bali; Pasar Minulyo di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur; Pasar Pangururan di Kabupaten Samosir, Sumatera Utara dan Pasar Grabag di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah.
Pasar Percontohan 2012
Untuk tahun 2011 sampai 2014 Kementerian Perdagangan menargetkan pembangunan 79 pasar percontohan. Tahap pertama, yaitu tahun 2011 telah dialokasikan dana sebesar Rp 88 miliar untuk 10 pasar percontohan. Adapun untuk tahap kedua, yaitu tahun 2012 ini Kemendag RI mengalokasikan dana APBN sebesar Rp 180,5 miliar untuk merevitalisasi 20 Pasar Percontohan baru di 20 kabupaten/kota.  Sementara itu, sisanya 23 pasar akan dianggarkan untuk 2013 dan 26 pasar untuk tahun 2014.
"Selama 2011-2014 diharapkan dapat dikembangkan 79 pasar percontohan supaya dapat jadi referensi pengembangan pasar di Indonesia," kata Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Gunaryo dalam diskusi Revitalisasi Pasar Tradisional Percontohan di Kemendag Jakarta, Selasa (22/5).
Menurut   Dirjen Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri, Gunaryo,  kedua 20 pasar percontohan tersebut terbagi atas 10 pasar untuk pemerataan, wisata dan jaringan distribusi dan 10 pasar lain berdasarkan proposal terbaik yang diajukan daerah.  Selain akan mengembangkan pasar percontohan, Gunaryo juga telah menyampaikan bahwa Kemendag Ri juga akan melakukan revitalisasi untuk pasar-pasar non percontohan. “Tahun 2012 ini pemerintah menganggarkan dana sekitar Rp600 miliar untuk revitalisasi pasar-pasar tradisional di Indonesia," paparnya.
Kandidat Pasar Percontohan Tahun 2012 yang telah ditentukan pemerintah pusat diantaranya Kulonprogo (DIYogyakata), Sabu Raijua (NTT), Cirebon (Jawa Barat), Purbalingga (Jawa Tengah), Kota Mataram (NTB), Belu (NTT), Belitung Timur (Babel), Kota Singkawang (Kalbar) dan Kediri (Jawa Timur). 
Di antara pasar-pasar percontohan yang rencananya dibangun pada 2012 adalah pasar Mandalika dan Sabu Raijua di Nusa Tenggara Barat, pasar Pasalaran Plered dan Karangampel di Jawa Barat, pasar Laskar Pelangi di Bangka Belitung, pasar Sentolo di Yogyakarta, pasar Mempawah di Kalimantan Barat, pasar Baru Marabahan dan Takkalasi di Kalimantan Selatan, pasar Mamasa dan Sentral di Sualwesi Barat, pasar Petir di Banten, pasar Selat Panjang di Riau, pasar Prembun, Turisari, Cepogo, Bekonang dan Boja di Jawa Tengah, pasar Panorama tahap II di Bengkulu dan pasar Pon di Jawa Timur.
Gunaryo mengakui bahwa pelaksanaan program revitalisasi pasar dan pengembangan pasar percontohan masih dirasakan kurang jika dibandingkan dengan jumlah pasar yang ada. Saat ini tercatat jumlah seluruh pasar di Indonesia mencapai 12 ribu sampai 13 ribu unit pasar. Sementara pasar yang sudah ditangani sejak digulirkannya program revitalisasi tahun 2005 baru mencapai 700 unit pasar.
Sebagai informasi, Kemendag RI juga telah mengadakan survei keadaan dan kondisi pasar tradisional di seluruh Indonesia. Dilaporkan, yang sudah disurvei ada 9.559 pasar. Dari jumlah tersebut, hanya 10 persen yang melakukan pembukuan keuangan dan sebagian besar dari segi fisiknya tidak memadai lagi. Hasil survey juga menunjukkan bahwa 95% pasar sudah berumur lebih dari 25 tahun, 1 persen berumur 10-20 tahun dan hanya 3 persen di bawah 10 tahun.
Soal model bangunan fisik pasar percontohan, Gunaryo juga menekankan bahwa pembangunan pasar percontohan di daerah-daerah tidak harus meniru pasar lain di kota besar. "Masing-masing daerah punya karakter sendiri. Tidak harus sama pasarnya, harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kearifan lokal masing-masing daerah," paparnya.

Imbangi Pasar Modern
Upaya revitalisasi pasar tradisional ini merupakan bukti keberpihakan Kementerian Perdagangan RI  pada pengembangan pasar tradisional sebagaimana telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 111 tahun 2007. Hal ini berkali-kali ditegaskan oleh Direktur Jendral Dalam Negeri Gunaryo dalam berbagai kesempatan.
Menurut Gunaryo, terkait pengaturan pasar, tugas pemerintah ada dua. Pertama, adalah nenetapkan kebijakan. Dalam hal dalam Perpres Nomor 111 sudah jelas posisi pemerintah. Misalnya, bahwa sebuah mini market harus dimiliki pengusaha setempat, bukan dari luar daerahnya. Begitu juga, hal itu diamanatkan diatur dalam peraturan daerah sesuai dengan kondisi setempat. "Soal jarak mini market dengan pasar tradisional, tiap daerah akan berbeda. Itu akan dilihat kondisi sosial ekonomi setempat," kata Gunaryo pada bulan Mei 2012 lalu.
Kedua, pemerintah juga akan memfasilitasi pembangunan pasar percontohan. Dalam hal ini, pemerintah hanya membuat pasar percontohan untuk beberapa daerah yang dirasa kurang memiliki kemampuan finansial. Sementara, bagi daerah yang mampu, akan diberikan pendampingan tentang cara mengelola pasar tradisional modern. “Kita akan fasilitasi pasar yang daerahnya kurang mampu," kata Gunaryo.
Menurut Gunaryo, pembangunan pasar percontohan itu dimaksudkan agar masyarakat tidak bergantung dengan ritel modern. Semangatnya adalah mendorong menggunakan produk dalam negeri. "Dalam hal ini keberpihakan sudah dilakukan pemerintah," kata Gunaryo.
Pemerintah melalui Kementerian Perdagangan (Kemendag) selama ini telah melakukan pembangunan Pasar Percontohan sebagai bagian dari pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Dengan mengembangkan pasar percontohan, kata Gunaryo, diharapkan terjadi peningkatan penyerapan tenaga kerja, peningkatan potensi ekonomi, peningkatan kesejahteraan masyarakat, peningkatan pendapatan asli daerah dan menjaga tingkat kestabilan harga bahan.

berbagai sumber
Share this article :

Post a Comment

Terimakasih bila Anda menuliskan komentar disini

Subscribe via RSS Feed If you enjoyed this article just click here, or subscribe to receive more great content just like it.

Daftar Isi

Recent Post

Download Gratis

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2013. Blogs Aksara - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger