Potret Kemiskinan Indonesia
SIHIR DAN PESONA DESA TERTINGGAL 
Oleh: A Helmy Faishal Zaini
Selama kurang lebih sepekan saya melakukan kunjungan kerja di beberapa daerah tertinggal di Provinsi Papua Barat.
Seperti kunjungan kerja di daerah-daerah lain, tujuan kunjungan kerja
 ini guna melihat kondisi riil daerah-daerah tertinggal, belanja 
masalah, serta menyerap aspirasi, masukan dari masyarakat dan pemerintah
 daerah setempat, selain secara seremonial meresmikan dan/atau 
memberikan bantuan kepada kelompok-kelompok sasaran. Dalam setiap 
kunjungan kerja selalu ada yang menjadi daya tarik. Ternyata 
daerah-daerah tertinggal memiliki potensi yang begitu luar bisa.Kerap 
saya mengatakan bahwa mereka sesungguhnya adalah “mutiara-mutiara 
terpendam”.Begitu juga dengan daerah-daerah tertinggal yang ada di 
Provinsi Papua Barat ini.
Di daerah kepala burung ini bukan hanya mutiara-mutiara terpendam 
saja, tetapi lebih dari sekadar itu: ada sesuatu yang “menyihir”saya, 
yakni sejuta pesona keindahan alam surgawi. Seperti tanah Papua pada 
umumnya, pesona keindahan alam surgawi ini sungguh tak bisa terucapkan. 
Sukar sekali rasanya menggambarkannya dengan kata-kata. Betapa tidak. 
Rangkaian gunung, gugusan pulau-pulau besar dan kecil, hamparan laut 
biru yang membentang dan melingkari gugusan pulau semuanya begitu 
eksotik. Sempurnalah lukisan Ilahi di bumi surgawi. Benar-benar 
paripurna. Lihat saja, kunjungan saya ke Kabupaten Fak Fak memberikan 
kenangan yang tak terlupakan.
 Saya dan rombongan disuguhi pemandangan alam yang begitu indah. 
Sejauh mata memandang, alangkah menawan dan eloknya pemandangan darat 
dan laut yang dipancarkan dari bumi Fak Fak ini. Keindahan pantai di Fak
 Fak di senja hari tidak jauh dari keindahan senja di Kaimana seperti 
digambarkan oleh Alfian dalam syair lagu Senja di Kaimana. “Kan kuingat 
slalu/Kan kukenang slalu/Senja indah senja di Kaimana/Seiring 
surya/Meredupkan sinar….” Lain lagi dengan Raja Ampat, rangkaian empat 
gugusan pulau yang berdekatan dan berlokasi di barat bagian kepala 
burung (vogelkoop) Pulau Papua. Wilayah Raja Ampat terdiri atas gugusan 
pulau besar dan kecil. Jumlah keseluruhan pulau yang ada di Raja Ampat 
sekitar 610 pulau.
Saya dan rombongan disuguhi pemandangan alam yang begitu indah. 
Sejauh mata memandang, alangkah menawan dan eloknya pemandangan darat 
dan laut yang dipancarkan dari bumi Fak Fak ini. Keindahan pantai di Fak
 Fak di senja hari tidak jauh dari keindahan senja di Kaimana seperti 
digambarkan oleh Alfian dalam syair lagu Senja di Kaimana. “Kan kuingat 
slalu/Kan kukenang slalu/Senja indah senja di Kaimana/Seiring 
surya/Meredupkan sinar….” Lain lagi dengan Raja Ampat, rangkaian empat 
gugusan pulau yang berdekatan dan berlokasi di barat bagian kepala 
burung (vogelkoop) Pulau Papua. Wilayah Raja Ampat terdiri atas gugusan 
pulau besar dan kecil. Jumlah keseluruhan pulau yang ada di Raja Ampat 
sekitar 610 pulau.
Saking banyaknya pulau-pulau tersebut, orang Papua sering menyebutnya
 sebagai kabupaten kepulauan. Dari jumlah tersebut, hanya sekitar 35 
pulau yang ada penduduknya dan empat pulau dengan penduduk terbesar 
adalah Pulau Misool, Pulau Salawati, Pulau Batanta, dan Pulau Waigeo. 
Mengunjungi Raja Ampat bagaikan kita melihat panorama surgawi, pancaran 
pesona keindahan alam yang tak terkira. Eksotik dan menakjubkan. Sebut 
saja misalnya saat saya mengunjungi Kampung Warsandim, Distrik Mayalibit
 di Kepulauan Waigeo. Panoramanya begitu indah dan eksotik saat 
mengarungi birunya laut dan melihat gugusan pulau kecil yang bertebaran 
di hamparan laut biru. Begitu indah, begitu cantik, dan begitu eksotik. 
Saya hanya bisa berucap: Subhanallah.
Begitu agung Tuhan menciptakan pemandangan alam di negeri tercinta 
ini. Selain pemandangan alam yang indah dan eksotik, Raja Ampat 
merupakan kawasan wisata bahari yang prospektif. Wisata bahari Raja 
Ampat merupakan kawasan wisata bahari terbaik di Indonesia. Raja Ampat 
bisa menjadi pilihan utama wisata bahari di Indonesia dibandingkan 
kawasan wisata bahari lain karena memiliki hamparan terumbu karang yang 
cukup baik.Kawasan Raja Ampat jugamemiliki panorama dan keragaman 
ekosistem yang cukup banyak.
Hasil penelitian Conservation International Indonesia (CII) 
menyebutkan bahwa Raja Ampat atau kawasan bentangan kepala burung 
(bird’s head seascape) memiliki kekayaan 1.200 spesies ikan dan 600 
spesies terumbu karang yang masih utuh dan jumlah jenisnya sebanyak 75% 
dari keanekaragaman spesies hayati bawah laut yang ada di dunia. 
Perairan Kepulauan Raja Ampat menurut berbagai sumber merupakan salah 
satu dari 10 perairan terbaik untuk diving site di seluruh dunia. Ada 
beberapa kawasan terumbu karang yang masih sangat baik kondisinya.Tipe 
dari terumbu karang di Raja Ampat umumnya adalah terumbu karang tepi 
dengan konturlandaihinggacuram.Spesies yang unik yang bisa dijumpai 
adalah beberapa jenis kuda laut katai, wobbegong, dan ikan pari manta.
Intervensi KPDT 
Dengan potensi yang dimiliki daerah-daerah tertinggal,saya memiliki keyakinan bahwa mereka akan cepat terentaskan dari ketertinggalannya. Umumnya daerah-daerah tertinggal yang ada memiliki sumber daya alam yang dapat didayagunakan untuk kesejahteraan dan kemakmuran yang sebesar- besarnya bagi rakyat. Dalam berbagai kesempatan saya kerap mengatakan sebuah postulat terkait dengan sumber daya alam (SDA) yang kita miliki dengan jumlah penduduk negeri kita tercinta ini.Adapun postulat yang saya kemukakan adalah: jumlah SDA dibagi jumlah penduduk sama dengan kesejahteraan.
Dengan potensi yang dimiliki daerah-daerah tertinggal,saya memiliki keyakinan bahwa mereka akan cepat terentaskan dari ketertinggalannya. Umumnya daerah-daerah tertinggal yang ada memiliki sumber daya alam yang dapat didayagunakan untuk kesejahteraan dan kemakmuran yang sebesar- besarnya bagi rakyat. Dalam berbagai kesempatan saya kerap mengatakan sebuah postulat terkait dengan sumber daya alam (SDA) yang kita miliki dengan jumlah penduduk negeri kita tercinta ini.Adapun postulat yang saya kemukakan adalah: jumlah SDA dibagi jumlah penduduk sama dengan kesejahteraan.
Dengan SDA yang kita memiliki, baik di darat maupun di laut seperti 
yang tergambar pada daerah-daerah tertinggal di atas, seharusnya tidak 
ada rakyat miskin di negeri ini. Namun, faktanya, masih banyak saudara 
kita yang hidup dalam garis kemiskinan sehingga pemerintah kemudian 
melakukan berbagai terobosan kebijakan untuk mengurangi angka 
kemiskinan. Di antara kebijakan-kebijakan yang dilakukan pemerintah 
adalah melalui pemberian subsidi (seperti subsidi pangan, pupuk, 
benih,dan kredit program) serta bantuan sosial seperti program Jaminan 
Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas), Bantuan Operasional Sekolah (BOS), dan
 Program Keluarga Harapan( PKH).
Selain itu, pemerintah memberikan bantuan melalui bantuan langsung 
masyarakat sebagai bagian dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat 
(PNPM) Mandiri dan dana penjaminan kredit/pembiayaan bagi usaha mikro, 
kecil, menengah (UMKM) dan koperasi melalui program Kredit Usaha Rakyat 
(KUR). Dengan serangkaian kebijakan ini diharapkan angka kemiskinan 
menjadi berkurang dari sekitar 14% pada tahun ini menjadi 8% pada akhir 
2014. Sementara itu, usaha yang telah, sedang, dan akan dilakukan 
Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal (KPDT) untuk mengurangi angka 
kemiskinan di daerah-daerah tertinggal dan untuk mempercepat pengentasan
 daerah-daerah tertinggal adalah dengan membentuk berbagai instrumen 
untuk mengakselerasinya.
Di antaranya melalui kebijakan percepatan pembangunan sosial ekonomi 
daerah tertinggal, percepatan pembangunan infrastruktur perdesaan daerah
 tertinggal, percepatan pembangunan kawasan produksi daerah tertinggal, 
dan percepatan pembangunan pusat pertumbuhan daerah tertinggal. 
Kebijakan-kebijakan ini dilakukan sebagai bentuk intervensi KPDT dalam 
upaya mempercepat pengentasan daerah-daerah tertinggal agar sejajar 
dengan daerah-daerah lain yang sudah maju. (*)
Penulis adalah Menteri Negara Pembangunan Daerah Tertinggal
Sekitar 75 persen warga Papua diperkirakan masih hidup di bawah garis
 kemiskinan akibat keterbatasan sarana dan prasarana transportasi laut, 
darat, dan udara di daerah itu. “Sarana dan prasarana transportasi di 
Papua sangat berpengaruh terhadap kehidupan warga masyarakat Papua,” 
kata Gubernur Papua Drs JP Salossa Msi.
Salossa mengatakan keterbatasan sarana dan prasarana transportasi 
dapat menghambat program-program pembangunan pemerintah yang akan 
dilaksanakan bagi kepentingan masyarakat di seluruh Papua.
Tingkat kehidupan masyarakat di Papua, menurut Gubernur, kini sangat 
memprihatinkan bahkan dapat dikategorikan masih banyak masyarakat Papua 
yang hidup di bawah garis kemiskinan.
Katanya, Masyarakat Papua kini membutuhkan perhatian secara serius 
dari pihak pemerintah dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat yang selama 
ini terpuruk.
Namun Gubernur merasa optmis dengan pemberlakuan UU No 21 tahun 2001 
tentang Otonomi Khusus (Otsus) Papua dapat mengangkat ketertinggalan dan
 kemiskinan masyarakat di Tanah Papua.
Tingkat kehidupan ekonomi masyarakat di Tanah Papua memprihatinkan 
sehingga pihak pemerintah daerah melalui Otsus dapat mempriroritaskan 
bidang ekonomi masyarakat dalam mensejahterakan masyarakat yang ada di 
provinsi tertimur itu.
Sebagai Gubernur Papua, ia sangat mengharapkan dukungan masyarakat 
terhadap pemberlakuan Otsus agar benar-benar dapat mengatasi sekaligus 
menghapus kemiskinan di Tanah Papua.
Oleh karena itu untuk mengatasi keterpurukan ekonomi masyarakat 
Papua, diperlukan koordinasi dan perhatian yang serius dari pemerintah 
daerah dalam mendukung pemberdayaan ekonomi masyarakat.
Gubernur juga meminta kepada para bupati dan walikota se-Papua agar 
dapat mensosialisasikan Otsus, agar dapat dimengerti dan dipahami oleh 
masyarakat sehingga pada gilirannya pembangunan dan peberyaaan ekonomi 
rakyat di seluruh Papua dapat berjalan seperti yang diharapkan.
Kemiskinan dan Permukiman Kumuh di Perkotaan
Kita semua menyadari bahwa kemiskinan merupakan salah satu masalah 
sosial di Indonesia yang tidak mudah untuk diatasi. Beragam upaya dan 
program dilakukan untuk mengatasinya tetapi masih banyak kita temui 
permukiman masyarakat miskin hampir setiap sudut kota. Keluhan yang 
paling sering disampaikan mengenai permukiman masyarakat miskin tersebut
 adalah rendahnya kualitas lingkungan yang dianggap sebagai bagian kota 
yang mesti disingkirkan.
 Tulisan ini mencoba untuk memberikan penjelasan tentang upaya untuk 
mengatasi kemiskinan di perkotaan sekaligus pula untuk meningkatkan 
kualitas lingkungan permukiman masyarakat miskin.
Tulisan ini mencoba untuk memberikan penjelasan tentang upaya untuk 
mengatasi kemiskinan di perkotaan sekaligus pula untuk meningkatkan 
kualitas lingkungan permukiman masyarakat miskin.
Peremajaan Kota
Pendekatan konvensional yang paling populer adalah menggusur 
permukiman kumuh dan kemudian diganti oleh kegiatan perkotaan lainnya 
yang dianggap lebih bermartabat. Cara seperti ini yang sering disebut 
pula sebagai peremajaan kota bukanlah cara yang berkelanjutan untuk 
menghilangkan kemiskinan dari perkotaan.
Kemiskinan dan kualitas lingkungan yang rendah adalah hal yang mesti 
dihilangkan tetapi tidak dengan menggusur masyarakat telah bermukim lama
 di lokasi tersebut. Menggusur adalah hanya sekedar memindahkan 
kemiskinan dari lokasi lama ke lokasi baru dan kemiskinan tidak 
berkurang. Bagi orang yang tergusur malahan penggusuran ini akan semakin
 menyulitkan kehidupan mereka karena mereka mesti beradaptasi dengan 
lokasi permukimannya yang baru.
Di Amerika Serikat, pendekatan peremajaan kota sering digunakan pada 
tahun 1950 dan 1960-an. Pada saat itu permukiman-permukiman masyarakat 
miskin di pusat kota digusur dan diganti dengan kegiatan perkotaan 
lainnya yang dianggap lebih baik. Peremajaan kota ini menciptakan 
kondisi fisik perkotaan yang lebih baik tetapi sarat dengan masalah 
sosial. Kemiskinan hanya berpindah saja dan masyarakat miskin yang 
tergusur semakin sulit untuk keluar dari kemiskinan karena akses mereka 
terhadap pekerjaan semakin sulit.
Peremajaan kota yang dilakukan pada saat itu sering disesali oleh 
para ahli perkotaan saat ini karena menyebabkan timbulnya masalah sosial
 seperti kemiskinan perkotaan yang semakin akut, gelandangan dan 
kriminalitas. Menyadari kesalahan yang dilakukan masa lalu, pada awal 
tahun 1990-an kota-kota di Amerika Serikat lebih banyak melibatkan 
masyarakat miskin dalam pembangunan perkotaannya dan tidak lagi 
menggusur mereka untuk menghilangkan kemiskinan di perkotaan.
Aktivitas Hijau oleh Masyarakat Miskin
Paling sedikit saya menemukan dua masyarakat miskin di Jakarta yang 
melakukan aktivitas hijau untuk meningkatkan kualitas lingkungan sembari
 menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat miskin. Seperti dapat 
ditemui di Indonesia’s Urban Studies,
 masyarakat di Penjaringan, Jakarta Utara dan masyarakat kampung Toplang
 di Jakarta Barat mereka mengelola sampah untuk dijadikan kompos dan 
memilah sampah nonorganik untuk dijual.
Aktivitas hijau di Penjaringan, Jakarta Utara dilakukan melalui 
program Lingkungan Sehat Masyarakat Mandiri yang diprakarsai oleh Mercy 
Corps Indonesia. Masyarakat miskin di Penjaringan terlibat aktif tanpa 
terlalu banyak intervensi dari Mercy Corps Indonesia. Program berjalan 
dengan baik dan dapat meningkatkan kualitas lingkungan kumuh di 
Penjaringan. Masyarakat di Penjaringan sangat antusias untuk melakukan 
kegiatan ini dan mereka yakin untu mampu mendaurlang sampah di 
lingkungannya dan menjadikannya sebagai lapangan pekerjaan yang juga 
akan berkontribusi untuk mengentaskan kemiskinan di lingkungannya.
Sementara itu aktivitas hijau di kampung Toplang, Jakarta Barat 
diprakarsai oleh dua orang pemuda kampung tersebut yang juga adalah 
aktivis Urban Poor Consortium dan mengetahui bisnis pendaurulangan 
sampah. Kedua orang ini mampu meyakinkan rekan-rekan di kampungnya untuk
 melakukan kegiatan daur ulang sampah. Seperti yang terjadi di 
Penjaringan, masyarakat kampung Toplang mendukung penuh dan antusias 
terhadap bisnis pendaurulangan sampah ini. Malahan mereka optimis bahwa 
kegiatan mereka juga dapat mendaurulang sampah dari luar kampung mereka 
dan menciptakan lebih banyak pendapatan bagi masyarakat kampung Toplang.
Kedua aktivitas hijau tersebut adalah wujud pemberdayaan masyarakat 
miskin untuk meningkatkan kualitas lingkungan permukiman dan sekaligus 
mengentaskan kemiskinan. Peranan Mercy Corps Indonesia yang memprakarsai
 program Lingkungan Sehat Masyarakat Mandiri di Penjaringan, Jakarta 
Utara dan dua orang aktivis pemuda asal kampung Toplang yang 
memprakarsai aktivitas hijau di kampung Toplang adalah sangat vital 
dalam upaya pemberdayaan masyarakat ini. Tanpa inisiatif mereka, 
pemberdayaan masyarakat miskin tidak akan terjadi dan kemiskinan 
tetaplah menjadi masalah di kedua permukiman kumuh tersebut.
Penutup 
Cara untuk mengatasi kemiskinan dan rendahnya kualitas lingkungan 
permukiman masyarakat miskin adalah tidak dengan menggusurnya. 
Penggusuran hanyalah menciptakan masalah sosial perkotaan yang semakin 
akut dan pelik. Penggusuran atau sering diistilahkan sebagai peremajaan 
kota adalah cara yang tidak berkelanjutan dalam mengatasi kemiskinan.
Aktivitas hijau seperti yang dilakukan oleh masyarakat Penjaringan 
dan Kampung Toplang merupakan bukti kuat bahwa masyarakat miskin mampu 
meningkatkan kualitas lingkungan permukiman dan juga mengentaskan 
kemiskinan. Masyarakat miskin adalah salah satu komponen dalam komunitas
 perkotaan yang mesti diberdayakan dan bukannya digusur. Solusi yang 
berkelanjutan untuk mengatasi kemiskinan dan permukiman kumuh di 
perkotaan adalah pemberdayaan masyarakat miskin dan bukanlah 
penggusuran.








Post a Comment
Terimakasih bila Anda menuliskan komentar disini