Dalam perang uhud, dia melakukan perang tanding melawan Thalhah bin Abi Thalhah al Abdari, kisahnya demikian:
Dia pihak yang bermusuhan itu saling mendekat untuk memulai
tahapan-tahapan perang yang akan berkecamuk. Yang pertama kali menyulut
bara pertempuran itu adalah pembawa bendera dari kalangan musyrikin,
yang bernama Thalhah bin Abu Thalhah al Abdari. Dia adalah penunggang
kuda suku Quraisy yang paling berani. Orang-orang Muslim menyebutnya
kabsyul katibah (tokoh andalah Quraisy). Dia keluar dengan menunggang
unta, lalu menantang untuk perang tanding. Namun para Sahabat menahan
diri karena keberaniannya itu. Akhirnya Zubeir radhiyallahu ‘anhu maju
menghampirinya; dia tidak maju dengan perlahan-lahan melainkan langsung
melompat seperti seorang singa. Zubair pun berada di atas unta Thalhah;
kemudian mereka jatuh. Zubeir membanting Thalhah, lalu membunuhnya.
Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam menyaksikan perang tanding yang
sangat mengagumkan ini; seketika bertakbir yang kemudian di ikuti oleh
semua orang Muslim. Beliau memuji Zubeir radhiyallahu ‘anhu dan
bersabda:
“Sesungguhnya setiap Nabi itu memiliki Hawaari [4] (pengikut setia) dan pengikut setiaku adalah Zubeir.” [5]
Pada perang Badar al-Kubra, Zubeir radhiyallahu ‘anhu berkata: “Aku
berjumpa dengan Ubadah bin Sa’d al-Ash pada perang Badar. Saat itu ia
membawa senjata lengkap dan menutupi dirinya, tidak ada yang terlihat
kecuali kedua matanya. Aku pun membawa tombak ke arahnya. Kemudian aku
tusuk kedua matanya hingga dia mati.” [6]
Zubeir radhiyallahu ‘anhu juga mengikuti perang Yarmuk. Dia adalah
Sahabat yang paling utama dalam perang tersebut. Dia termasuk tokoh
pasukan kuda dan orang pemberani di antara mereka. Sekelompok pasukannya
berkumpul di hadapannya dan berkata: “Pimpinlah kami untuk menerobos
barisan musuh, kami akan ikut di belakangmu.” Zubeir radhiyallahu ‘anhu
berkata: “Kalian tidak akan mampu bertahan.” Mereka menjawab: “Ya”
kemudian Zubeir radhiyallahu ‘anhu dan mereka pun berangkat menggempur
pasukan musuh. Tatkala mereka menghadapi dan barisan-barisan pasukan
Rum, mereka pun mundur dan Zubeir radhiyallahu ‘anhu pun maju. Belum
lama dia menerobos barisan-barisan musuh, Zubeir radhiyallahu ‘anhu
muncul kembali dari sisi yang lain dan kemudian kembali menuju para
Sahabatnya. Kemudian mereka datang kepadanya kedua kalinya dan dia pun
melakukan hal sama hingga ketika itu ia pun terkena dua luka pada
bahunya.” [7]
Zubeir radhiyallahu ‘anhu termasuk orang yang mentaati panggilan
Allah azza wa jalla dan Rasul-Nya setelah tertimpa luka dalam perang
Uhud. Allah ta’ala berfirman (yang artinya):
“(Yaitu) orang-orang yang mentaati perintah Allah dan Rasul-Nya
sesudah mereka mendapat luka (dalam peperangan Uhud). Bagi orang-orang
yang berbuat kebaikan di antara mereka dan yang bertakwa ada pahala yang
besar.” [QS.Al ‘Imran/3:172]
Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata kepada Urwah bin Zubeir
radhiyallahu ‘anhu (anaknya Zubeir): “Wahai anak saudariku, ketika
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam mengalami sesuatu di perang Uhud,
yaitu ketika orang-orang musyrik mundur, beliau khawatir mereka akan
kembali. Kemudian beliau berkata: “Siapa yang akan menghadapi mereka.”
Di antara mereka di pilih 70 orang termasuk Abu Bakar dan Zubeir
radhiyallahu anhuma.
Imam al Bukhari meriwayatkan perkataan ‘Abdullah bin Zubeir
radhiyallahu ‘anhu yang berbunyi “Pada waktu perang Ahzab (yaitu tatkala
kaum Quraisy dan orang-orang bersamanya melakukan pengepungan terhadap
kaum Muslimin di Madinah yang menyebabkan kaum Muslimin membuat parit.
Aku dan Umar bin Maslamah bin ‘Abdul Asad ditempatkan dibenteng bersama
para wanita dan anak-anak. Tiba-tiba aku melihat ayahku naik kudanya
datang dan pergi ke bani Quraidzah sebanyak dua atau tiga kali. Tatkala
aku pulang, aku berkata: “Wahai ayah, aku melihatmu datang dan pergi.”
Zubeir radhiyallahu ‘anhu menjawab: “Apakah engkau melihatku, wahai
anakku?” Aku menjawab: “Ya.” Zubeir radhiyallahu ‘anhu berkata lagi:
“Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda: “Barangsiapa
yang mendatangi bani Quraidzah hendaknya dia datang kepadaku dengan
membawa berita mereka.” [9]
Di antara manaqibnya, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam
memberikan syahadah (rekomendasi) kepadanya dengan mati syahid.[10] Dia
memperoleh syahid sebagaimana dikatakan Rasulullah shalallahu ‘alaihi
wasallam bahwa tatkala perang Jamal, Ali radhiyallahu ‘anhu mengingatkan
apa yang dia ingat. Kemudian dia kembali dari peperangan dan pulang ke
Madinah. Di tengah perjalanannya dia dibunuh oleh Ibnu Jurmuz
laknatullah dan kepalanya pun terpotong. Ia membawanya ke Ali
radhiyallahu ‘anhu dan dia mengira akan memperoleh kedudukan darinya. Ia
minta izin. Ali radhiyallahu anhu menjawab: “Jangan engkau berikan izin
kepadanya, berilah kabar gembira dengan api neraka. Dalam riwayat
dikatakan kepada Ali radhiyallahu ‘anhu: “Sesungguhnya pembunuh Zubeir
radhiyallahu ‘anhu berada di depan pintu. Kemudian Ali radhiyallahu
‘anhu berkata: “Sungguh pasti pembunuh Ibnu Shafiyah di neraka.” [11]
Inilah sekelumit kisah tentang keberanian Zubeir bin al Awwam dalam
beberapa peperangan untuk membela Islam dan kaum Muslimin. Semoga
bermanfaat. Wallahu a’lam.
Note :
[1] Lihat Fathul Bari Juz 7 hal.93
[2] Peristiwa itu terjadi ketika dia di Mekkah, tatkala terdengar
berita bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam terbunuh. Ia pun
datang dengan menghunuskan / menampakkan pedangnya, hingga setelah dia
melihat Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam, ia pun memasukkan
pedangnya kembali.
[3] Fadhailus Shahabah Lil Imam Ahmad Juz 2 hal.914
[4] Kata Hawari memiliki beberapa arti. Menurut adh Dhahak, Hawari
artinya, ”Orang yang berhak memperoleh khilafah atau menteri.” Ibnu
Uyainah rahimahullah mengatakan, Hawari adalah, “Penolong” sedangkan
Zubeir mengutib dari Muhammad bin Salam bahwa Hawari adalah orang yang
ikhlas/bersih.
[5] Lihat ar Rahiqul makhtum hal.258-259
[6] Kitab Ash Shahabah hal.279
[7] Al Bidayah wan Nihayah 7/14
[8] Kitab Ash Shahabah hal.278-279
[9] Lihat Fathul Bari hal.94
[10] Kitab Ash Shahabah hal.278
[11] Kitab Ash Shahabah hal.278
Sumber: Majalah as Sunnah Edisi 05 Thn.XIII, Sya’ban 1430/Agustus 2009, Rubrik Baituna hal.8-9 disalin via kisahislam.net re-publikasi abuabdurrohman
Post a Comment
Terimakasih bila Anda menuliskan komentar disini