Oleh: Mujiburrahman
“KEMENANGAN
ini tidak perlu perayaan. Ini bukan perlombaan. Kemenangan adalah
tanggung jawab, amanah untuk melaksanakan tugas. Saya harus siap
bekerja.”
Demikian kurang lebih petikan
pernyataan Joko Widodo (akrab dipanggil Jokowi) menanggapi pertanyaan
wartawan perihal hasil hitungan cepat yang menunjukkan kemenangannya
dalam Pemilukada DKI Jakarta, Kamis (20-9-2012) lalu.
Dalam
pemilukada ini, Jokowi berpasangan dengan Basuki Tjahaja Purnama, yang
biasa dipanggil Ahok. Sebelum ikut bersaing di Jakarta, keduanya sudah
dikenal sebagai pemimpin yang berprestasi di tingkat kota/kabupaten.
Jokowi adalah Wali Kota Solo dan Ahok adalah mantan Bupati Belitung
Timur. Mereka dinilai publik sebagai pemimpin yang mampu, jujur dan
melayani rakyat.
Wawancara tatap muka yang
dilaksanakan Kompas (21-9-2012) secara acak kepada 600 pemilih
pascamencoblos, menunjukkan bahwa masyarakat memilih Jokowi-Ahok karena
keduanya dinilai memiliki integritas moral (78,5%), mempunyai
ketegasan/keberanian (75%), dan aspiratif (80,5%). Ini berarti, rekam
jejak keduanya, menjadi faktor yang sangat menentukan kemenangan mereka.
Pernyataan
Jokowi bahwa kemenangan tidak perlu dipestakan karena jabatan adalah
tanggung jawab, sungguh penting. Inilah gambaran ideal seorang pemimpin.
Ia menawarkan diri kepada para pemilihnya, untuk mengemban tanggung
jawab. Ketika para pemilih mempercayainya, ia pun menang. Tetapi
kemenangan itu bukan kenyamanan, melainkan beban berat yang harus
dipikul.
Sebenarnya, kita sudah sering
mendengar ungkapan bahwa jabatan adalah amanah atau tanggung jawab.
Tetapi ungkapan ini seringkali terasa kosong, menguap di udara tanpa
arti, setelah kita menyaksikan para pemimpin yang korup dan menipu
rakyat. Akibatnya, pemimpin yang benar-benar bertanggungjawab seolah
hanya mimpi indah, yang tak ada kenyataannya di muka bumi ini.
Hal
ini diperparah lagi oleh sikap para pemilih, yang juga tidak
bertanggung jawab. Mereka memilih seorang pemimpin bukan karena
kemampuannya dan prestasinya dalam bekerja, melainkan karena kepentingan
jangka pendek si pemilih. Misalnya, ia memilih seseorang yang mau
membeli suaranya dengan sejumlah uang, atau calon yang berjanji akan
memberinya jabatan.
Kenyataan di atas, membuat orang-orang baik menjadi frustrasi dan putus asa.
Suatu hari, saya bertanya pada seorang kawan yang malang melintang di dunia politik.
“Apakah mungkin di zaman sekarang, seorang pemimpin yang bersih dan idealis akan terpilih?”
Dia menjawab kecut. “Hampir mustahil. Sekarang, baik calon pemimpin atau para pemilihnya, semua Dajjal!”
Namun,
dunia ini ternyata tidak semuram itu. Jika hasil survei Kompas di atas
bisa dijadikan acuan, maka kita dapat menyimpulkan bahwa para pemilih
masih banyak yang kritis dan sadar, sehingga mereka memilih calon yang
dinilai memiliki integritas moral, keberanian dan aspiratif. Pemilukada
Jakarta, memberikan kita secercah harapan di balik awan gelap politik
negeri ini.
Akankah pengalaman Jakarta menular
ke daerah-daerah lain? Jakarta memang pusat perubahan politik, sosial
dan budaya bangsa kita, bahkan sejak zaman kolonial Belanda. Tetapi
masih terlalu dini untuk meramalkan perubahan serupa akan terjadi di
mana-mana. Apalagi kita semua tahu, hampir dalam semua hal, kesenjangan
antara pusat dan daerah di negara kita masih sangat lebar.
Namun,
apapun yang kelak terjadi di daerah-daerah, semua itu tidak terlepas
dari hubungan timbal balik antara pemimpin dan rakyat yang memilihnya.
Rakyat yang baik dan sadar, akan memilih pemimpin yang baik dan
bertanggungjawab. Pemimpin adalah cermin dari rakyatnya, dan rakyat
adalah cermin dari pemimpinnya. Inilah demokrasi. Inilah artinya
kedaulatan di tangan rakyat.
Alkisah, seseorang
mengkritik khalifah keempat, Ali bin Abi Thalib. “Mengapa ketika Abu
Bakar, Umar dan Usman berkuasa, masyarakat aman dan damai, tetapi ketika
Anda menjadi khalifah, masyarakat terpecah belah, bahkan berperang satu
sama lain?” “Ketika itu, yang menjadi rakyatnya adalah saya. Sedangkan
sekarang, yang menjadi rakyatnya adalah kamu!” jawab Ali tegas. (*)
Post a Comment
Terimakasih bila Anda menuliskan komentar disini