Di dunia ini ternyata ada empat hal yang tidak bisa diduga: lahir, kawin, meninggal, dan … Gus Dur!
http://kickdahlan.wordpress.com/ |
Guyonan
itu, rupanya, tidak berlebihan. Meski sudah banyak yang meramalkan
bahwa penampilan Gus Dur di depan DPR Kamis lalu bakal ramai, toh tidak
ada yang menyangka bahwa sampai seramai itu. Kalau bukan kiai, mana
berani menjadikan pidato Ketua DPR Akbar Tandjung sebagai sasaran humor?
Akbar sejak dulu memang selalu memulai pidato dengan memanjatkan
syukur. Maka, Gus Dur pun melucu, yang membuat semua anggota DPR
tertawa: syukur memang perlu dipanjatkan karena Syukur tidak bisa
memanjat
Begitu menariknya, karuan saja pidato presiden kini banyak ditunggu
penonton televisi. Padahal, dulu-dulu kalau presiden pidato di TV banyak
yang mematikan TV-nya. Begitu tidak menariknya pidato presiden di masa
Orde Baru sampai-sampai pernah para anggota DPRD diwajibkan
mendengarkannya. Itu pun harus diawasi agar mereka sungguh-sungguh
seperti mendengarkan. Untuk itu, perlu diadakan sidang pleno DPRD dengan
acara khusus nonton televisi.
***
Mungkin Gus Dur tidak menyangka bahwa suatu saat dirinya jadi
presiden. Maka, di masa lalu banyak sekali presiden di dunia ini yang
jadi sasaran humornya. Misalnya saat tampil bersama humorolog Jaya
Suprana di TPI tahun lalu. Gus Dur menceritakan, Hosni Mubarak, presiden
Mesir, sangat marah karena seorang rakyatnya membuat 39 humor yang
menyakitkan hati Mubarak.
“Saya ini presiden, saya bisa hukum kamu, apakah kamu tidak takut?”
bentak Mubarak. Apa jawab si pembuat humor? “Mohon ampun paduka. Humor
ke-40 itu bukan kami yang membuat!”
Saat itu Gus Dur juga menghumorkan Pak Harto yang sangat ditakuti,
tapi sebenarnya juga dibenci rakyat banyak. Suatu kali Pak Harto
terhanyut di sungai dan hampir meninggal. Seorang petani menolongnya
dengan ikhlas. Si petani tidak tahu siapa sebenarnya yang dia tolong
itu. “Saya ini presiden. Presiden Soeharto. Kamu telah menyelamatkan
saya. Imbalan apa yang kamu minta?” kata Soeharto. “Pak, saya hanya
minta satu,” jawab si petani. “Jangan beri tahu siapa pun bahwa saya
yang menolong Bapak.” Presiden Habibie yang doyan bicara itu juga
dijadikan sasaran humor Gus Dur. Suatu saat Gus Dur yang terkenal
gampang tertidur (tapi selalu bisa mengikuti apa yang dibicarakan orang
selama dia tidur) menghadap Habibie. Sang presiden bicara ke sana kemari
tidak henti-hentinya. Apa komentar Gus Dur? “Saya sih cuek saja. Biar
dia bicara terus. Toh saya tidur,” katanya.
***
Sikap cuek memang ciri khas Gus Dur. Namun bukan berarti mengabaikan. Dia memang ngotot tetap keliling negara-negara ASEAN meski banyak tokoh memintanya pulang (karena Aceh gawat). Bahkan, dia juga tetap ke AS dan Jepang. Dan, sebentar lagi ke negara-negara Timur Tengah.
Sikap cuek memang ciri khas Gus Dur. Namun bukan berarti mengabaikan. Dia memang ngotot tetap keliling negara-negara ASEAN meski banyak tokoh memintanya pulang (karena Aceh gawat). Bahkan, dia juga tetap ke AS dan Jepang. Dan, sebentar lagi ke negara-negara Timur Tengah.
Apakah Gus Dur cuek sungguhan? Saya kira tidak. Gus Dur tentu tahu
bahwa salah satu syarat berdirinya sebuah negara adalah adanya pengakuan
negara lain. Sepanjang tidak ada negara lain yang mengakui, maka
berdirinya sebuah negara dianggap tidak sah. Nah, Gus Dur bisa sekalian
keliling ke negara-negara itu untuk merayu mereka agar jangan memberikan
pengakuan dulu kepada Aceh atau bagian mana pun dari Indonesia. Kalau
seluruh negara ASEAN tidak memberikan pengakuan, kalau AS dan Jepang
tidak memberikan pengakuan, kalau negara-negara Timteng bersikap sama
dan demikian juga negara-negara lain, maka kemerdekaan Aceh belum akan
terjadi. Ini berarti Gus Dur masih punya waktu untuk negosiasi dengan
Aceh. Selama kurun waktu yang pendek itu, Gus Dur bisa menuntaskan
seluruh persoalan yang selama ini menyebabkan
rakyat Aceh marah. Ini berbeda dengan soal Timtim yang memang tidak diakui dunia internasional sebagai bagian Indonesia.
rakyat Aceh marah. Ini berbeda dengan soal Timtim yang memang tidak diakui dunia internasional sebagai bagian Indonesia.
***
Gus Dur memang kelihatan cuek, namun sebenarnya serius. Gus Dur juga kelihatan sering mbanyol, namun juga serius. Sikap cuek itu bukan saja tertuju kepada orang lain, tetapi juga kepada dirinya sendiri.
Gus Dur memang kelihatan cuek, namun sebenarnya serius. Gus Dur juga kelihatan sering mbanyol, namun juga serius. Sikap cuek itu bukan saja tertuju kepada orang lain, tetapi juga kepada dirinya sendiri.
Suatu saat saya menjenguk Gus Dur yang diopname karena stroke di RSCM
Jakarta. Saat itu saya memang presiden direktur PT Nusumma dan Gus Dur
presiden komisarisnya. Saya lihat Gus Dur berbaring miring karena memang
belum boleh duduk. Setelah menyalaminya, saya mengucapkan permintaan
maaf karena baru hari itu bisa menjenguk. “Saya sakit gigi berat, Gus,”
ujar saya.
Tanpa saya duga, Gus Dur ternyata men-cuekin keadaan kesehatannya. Dia langsung memberi saya teka-teki yang ternyata humor segar. “Sampeyan tahu nggak, apa yang menyebabkan sakit gigi?” tanyanya. “Tidak, Gus,” jawab saya.
Tanpa saya duga, Gus Dur ternyata men-cuekin keadaan kesehatannya. Dia langsung memberi saya teka-teki yang ternyata humor segar. “Sampeyan tahu nggak, apa yang menyebabkan sakit gigi?” tanyanya. “Tidak, Gus,” jawab saya.
“Penyebab sakit gigi itu sama dengan penyebab orang hamil dan sama
juga dengan penyebab mengapa rumput sempat tumbuh tinggi,” katanya. Saya
masih melongo. Gus Dur menjawab sendiri teka-tekinya. “Yaitu sama-sama
terlambat dicabut,” ujarnya. Saya langsung tertawa.
Di saat yang lain pesawat yang akan ditumpangi Gus Dur ke Semarang
batal berangkat. Padahal, dia sudah lama menunggu. Gus Dur biasa sekali
antre tiket sendiri. Meski ada hambatan pada penglihatan, Gus Dur sudah
sangat hafal liku-liku bandara. Saking seringnya bepergian.
Saat itu di Jateng lagi getol-getolnya kuningisasi. Apa saja, mulai bangunan sampai pohon-pohon, dicat kuning atas instruksi Gubernur Jateng Suwardi. Maksudnya agar rakyat semakin mencintai Golkar. Maka, ketika para penumpang lain marah-marah, Gus Dur cuek saja.
“Sampeyan tahu nggak mengapa pesawat ini batal berangkat ke Semarang?” tanyanya. Lalu, dia menjawab sendiri pertanyaannya: “Pilotnya takut, kalau-kalau begitu pesawatnya mendarat langsung dicat kuning,” katanya.
Humor ini kemudian menjadi sangat populer.
Saat itu di Jateng lagi getol-getolnya kuningisasi. Apa saja, mulai bangunan sampai pohon-pohon, dicat kuning atas instruksi Gubernur Jateng Suwardi. Maksudnya agar rakyat semakin mencintai Golkar. Maka, ketika para penumpang lain marah-marah, Gus Dur cuek saja.
“Sampeyan tahu nggak mengapa pesawat ini batal berangkat ke Semarang?” tanyanya. Lalu, dia menjawab sendiri pertanyaannya: “Pilotnya takut, kalau-kalau begitu pesawatnya mendarat langsung dicat kuning,” katanya.
Humor ini kemudian menjadi sangat populer.
***
Begitulah. Hampir tidak pernah pertemuan saya dengan Gus Dur tanpa diselipi humor. Sasaran humornya bisa dirinya sendiri, bisa NU yang dia pimpin, bisa juga para kiai sendiri.
Begitulah. Hampir tidak pernah pertemuan saya dengan Gus Dur tanpa diselipi humor. Sasaran humornya bisa dirinya sendiri, bisa NU yang dia pimpin, bisa juga para kiai sendiri.
Pernah Gus Dur punya humor begini: seorang kiai datang mengeluh
kepadanya karena satu di antara empat anaknya masuk Kristen. Sang kiai
mengeluh, kurang berbuat apa sampai terjadi demikian. Padahal, dia tidak
kurang-kurangnya berdoa kepada Tuhan agar tidak ada anaknya yang masuk
Kristen. “Sampeyan jangan mengeluh kepada Tuhan. Nanti Tuhan akan
bilang, saya saja punya anak satu-satunya masuk Kristen!”
***
Kita memang sedang melihat sosok presiden yang amat berbeda. Ketika
dia salah ucap di depan DPR dengan mengatakan “tentang pembubaran DPR …
eh, Deppen dan Depsos…” dengan entengnya Gus Dur menertawakan dirinya
sendiri sebagai penutup kesalahan ucap itu. “Yah, beginilah kalau
presidennya batuk dan Wapresnya flu!”
Sama juga ketika dia tampil di forum internasional di Bali. Dengan
entengnya, Gus Dur mengejek dirinya sendiri dengan bahasa Inggris yang sangat baik bagaimana sebuah negara yang presidennya buta dan Wapresnya bisu.
entengnya, Gus Dur mengejek dirinya sendiri dengan bahasa Inggris yang sangat baik bagaimana sebuah negara yang presidennya buta dan Wapresnya bisu.
***
Dari semua tokoh yang berkomentar terhadap laku Gus Dur seperti itu, adik kandungnyalah yang bisa memberikan gambaran tepat. “Gus Dur itu seperti sopir yang kalau belok tidak memberi richting dan kalau ngerem selalu mendadak,” ujar Salahuddin Wahid, sang adik.
Dari semua tokoh yang berkomentar terhadap laku Gus Dur seperti itu, adik kandungnyalah yang bisa memberikan gambaran tepat. “Gus Dur itu seperti sopir yang kalau belok tidak memberi richting dan kalau ngerem selalu mendadak,” ujar Salahuddin Wahid, sang adik.
Tapi, bisakah Gus Dur mengerem Aceh? Gus Dur tentu sudah mendengar
Aceh itu ibarat kelapa. Seperti yang disampaikan seorang tokoh Aceh di
TV. Rakyat adalah airnya, ulama adalah dagingnya, mahasiswa adalah
batoknya, dan GAM adalah sabutnya.
Tokoh tersebut berpendapat ulamalah yang harus dijaga. Sebagai ulama,
tentu Gus Dur lebih tahu bagaimana caranya. Gus Dur punya humor
bagaimana harus merangkul ulama. Suatu saat rombongan
ulama naik bus. Ada seorang ulama yang membuka jendela sehingga tangan si ulama keluar dari bus. Ini tentu bahaya dan melanggar peraturan “dilarang mengeluarkan anggota badan”. “Jangan sekali-kali menegurnya dengan alasan membahayakan tangan si ulama,” ujar Gus Dur. Lalu bagaimana? “Bilang saja begini: Mohon tangan Bapak jangan keluar dari jendela karena tiang-tiang listriknya nanti bisa bengkok!”.
ulama naik bus. Ada seorang ulama yang membuka jendela sehingga tangan si ulama keluar dari bus. Ini tentu bahaya dan melanggar peraturan “dilarang mengeluarkan anggota badan”. “Jangan sekali-kali menegurnya dengan alasan membahayakan tangan si ulama,” ujar Gus Dur. Lalu bagaimana? “Bilang saja begini: Mohon tangan Bapak jangan keluar dari jendela karena tiang-tiang listriknya nanti bisa bengkok!”.
***
Lalu, bagaimana sebaiknya sikap DPR setelah dijadikan sasaran humor
Gus Dur sebagai taman kanak-kanak itu? Sebaiknya dicuekin saja. Kalau
DPR ribut terus bisa-bisa Gus Dur malah dapat bahan humor baru. Misalnya
dengan mengatakan bahwa DPR ternyata malah seperti play group!Bahkan,
tidak mustahil kalau Gus Dur justru berkata begini: Kok sampeyan yang
tersinggung. Mestinya kan taman kanak-kanaknya!
Post a Comment
Terimakasih bila Anda menuliskan komentar disini